Pejabat tersebut menganggap bahwa tindakan pembatasan radikal yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terkait invasi Rusia ke Ukraina dapat berkontribusi pada munculnya blok mata uang kecil berdasarkan perdagangan antara kelompok negara tertentu.
"Kami sudah melihat bahwa dengan beberapa negara menegosiasikan ulang mata uang di mana mereka dibayar untuk perdagangan," kata Gopinath The Financial Times pada hari Kamis, 31 Maret 2022.
Meski demikian, lanjut dia, dola AS akan tetap jadi mata uang global utama, namun fragmentasinya lebih kecil.
"Dolar akan tetap menjadi mata uang global utama bahkan di lanskap itu tetapi fragmentasi pada tingkat yang lebih kecil tentu sangat mungkin," katanya.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus sebagai tanggapan atas permintaan bantuan oleh kepala republik Donbass.
Baca Juga: Puluhan Ribu Pekerja Rusia Tinggalkan Negaranya karena Khawatir Ekonomi Memburuk
Dia menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, tetapi bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.
Mengikuti langkah ini, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan badan hukum Rusia.***