Kisruh HAM di Palestina: Warga Demo Selama Lima Hari Usai Kematian Aktivis Nizar Banat

- 29 Juni 2021, 11:06 WIB
 Warga Palestina berkumpul untuk unjuk rasa hari kedua menuntut Presiden Mahmoud Abbas mengundurkan diri di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, 26 Juni 2021/REUTERS/Mohamad Torokman   
Warga Palestina berkumpul untuk unjuk rasa hari kedua menuntut Presiden Mahmoud Abbas mengundurkan diri di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, 26 Juni 2021/REUTERS/Mohamad Torokman   /

ISU BOGOR - Warga Palestina melakukan demo selama lima hari berturut-turut untuk menuntut keadilan Hak Asasi Manusia (HAM) dari Otoritas Palestina atas kematian aktivis Nizar Banat ketika dalam penangkapannya pada Rabu, 24 Juni 2021.

Demo tersebut dilakukan di ruas jalan Ramallah, Hebron, dan Betlehem dengan massa yang berjumlah lebih dari seratus orang.

Diketahui, Nizar Banat adalah seorang aktivis yang kerap menentang keras kebijakan-kebijakan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Baca Juga: Dik Doank Ungkap Penyebab Semua Lagu Nike Ardila Meledak Dihadapan Amel: Dia Nyanyi dengan Hati dan Ketulusan 

Massa mengibarkan bendera Palestina dan gambar Banat, disertai seruan kepada Abbas untuk segera mengakhiri enam belas tahun kekuasaannya.

Unjuk rasa tersebut dihadang oleh petugas keamanan Palestina dan simpatisan pendukung Abbas yang berpakaian preman.

Berdasarkan keterangan dari Serikat Wartawan Palestina, batang kayu dan logam, gas air mata, serta serangan seksual terhadap pengunjuk rasa perempuan telah digunakan untuk membubarkan demonstrasi dan menghentikan wartawan untuk mengambil dokumentasi peristiwa tersebut.

Baca Juga: Lonjakan Varian Delta: Inggris dan Amerika Masih Berselisih soal Koridor Perjalanan 

Tidak ada angka resmi tentang jumlah orang yang terluka atau ditangkap.

Menurut pemantauan, jumlah massa pada hari Senin tampaknya lebih kecil daripada hari-hari sebelumnya yang mencapai ribuan orang, tetapi ada seruan baru untuk melakukan aksi di Tepi Barat pada hari Selasa.

Banat adalah seorang kritikus yang sedari lama melakukan perlawanan terhadap Otoritas Palestina, ia menjalankan pemerintahannya sendiri secara terbatas di Tepi Barat dan mengoordinasikan masalah keamanan dengan Israel.

Baca Juga: GAWAT, Tempat Tidur Pasien Covid-19 di Kota Bogor Sisa 167 Unit 

Dia menuduh Abbas dan orang-orang di dalamnya melakukan korupsi besar-besaran, serta berencana untuk mencalonkan diri sebagai kandidat politik dalam pemilihan Palestina yang telah lama tertunda, yang seharusnya diadakan pada bulan Mei.

Menurut keluarganya, aktivis itu dipukuli habis-habisan sebelum diseret.

Pihak berwenang yang mengumumkan akan menyelidiki kasus kematian Banat ditolak oleh beberapa kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Palestina dan internasional, yang sebaliknya malah menyerukan penyelidikan secara independen.

Baca Juga: Seorang Pria di India Menuntut Mertua Usai Mengetahui Istrinya Selama Dua Bulan Adalah Transgend 

“Almarhum Nizar Banat diancam oleh Otoritas Palestina lebih dari sekali dan menjadi sasaran percobaan pembunuhan (pada bulan Mei)," ungkap Mujannad Karajah, pengacara keluarga Banat.

"Dia adalah ikon kebebasan berbicara, berekspresi, dan memerangi korupsi, Setelah dia menjadi martir, dia menjadi simbol bagi setiap orang Palestina,” pungkasnya.*** 

Editor: Chris Dale

Sumber: Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x