Baca Juga: VIDEO: Aksi Pencurian Motor di Bogor Terekam CCTV
Duduk persoalan isu ini dimulai dari pesan seorang dokter di Cirebon yang menyatakan injeksi vaksin Sinovac seharusnya intramuskular (menembus otot) sehingga penyuntikannya harus dilakukan dengan tegak lurus (90 derajat).— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi) January 18, 2021
Dikatakannya lagi, penelitian itu ditulis oleh DL Katsma dan R Katsma, yang diterbitkan di National Library of Medicine pada edisi Januari-Februari 2000. Intinya, persyaratan sudut 90 derajat untuk injeksi intramuskular itu tidak realistis. Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90. "Artinya, apa yang dilakukan Profesor Abdul Muthalib sudah benar. Tidak diragukan," masih jelas dia.
Pertanyaan selanjutnya, kata Zubairi, apakah ada risiko terjadi Antibody Dependent Enhancement (ADE), kondisi di mana virus mati yang ada di dalam vaksin masuk ke jaringan tubuh lain dan menyebabkan masalah kesehatan?
"Jawabannyn, kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac. Dulu pernah diduga terjadi pada vaksin demam berdarah. Saya enggak tahu bagaimana perkembangannya lagi. Silakan dicek," katanya.
Lebih jauh lagi, Zubairi mengatakan, apakah tubuh kurus dan tidak punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik? "Ya kalau obesitas berlebihan tentu jaringan lemaknya banyak. Jadi untuk masuk ke otot jadi lebih sulit. Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin," katanya.
Di akhir cuitannya Zubairi mengajak masyarakat untuk mempromosikan hal-hal baik. ***