Gempa 6,0 Magnitudo di Sumbar, BMKG Sebut Getaran Terasa hingga 10 Kota dan Tak Berpotensi Tsunami

17 November 2020, 10:55 WIB
Gempa bumi berkekuatan 6,0 magnitudo mengguncang Sumatera Barat, Selasa 17 November 2020. /Tangkapan layar twitter @infoBMKG

ISU BOGOR - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono menyebutkan gempa berkekuatan 6,0 magnitudo di Tuapejat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), terjadi akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone dekat batas tumbukan lempeng, Selasa 17 November 2020.

Rahmat menyebutkan berdasarkan hasil pemodelan menunjukkan gempa 6,0 magnitudo di Sumbar tersebut tidak berpotensi menyebabkan Tsunami.

Namun getaran akibat gempa bumi 6,0 magnituo itu dirasakan oleh warga di 10 Kota/Kabupaten di Sumbar dan Jambi yakni Padang, Painan, Sipora, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi, Pariaman, Kerinci, Pasaman, hingga Kota Payakumbuh.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Sumbar, BPBD: Getaran Cukup Kuat dan Belum Ada Laporan Koban Jiwa

Baca Juga: Gempa 6,3 Magnitudo Guncang Sumbar, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Baca Juga: Viral Video Tsunami Akibat Gempa Turki Magnitudo 7.0, Terdengar Suara Jeritan Hingga Bangunan Hancur

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,"

"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi di Sumbar merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone," ungkapnya.

Menurutnya, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike slip fault).

Ia menyebutkan gempa di Tuapejat magnitudonya 6,3 namun kemudian di mutakhirkan kembali menjadi 6,0.

Pusat gempa itu berada di laut pada kedalaman 13 km di koordinat 2,90 Lintang Selatan dan 99,07 Bujur Timur, sekitar 112 km arah barat daya Kota Tuapejat.

Baca Juga: Waspada Gempa 8,9 Magnitudo Dampak Megathrust Mentawai Bisa Timbulkan Tsunami 10 Meter di Padang

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang serta memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal dan menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa," katanya.

Diberitakan sebelumnya, warga Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dihimbau waspada dan awas terjadi Gempa berkekuatan 8,9 magnitudo sebagai dampak dari patahan Megathrust Mentawai.

Himbauan Gempa dan Tsunami dahsyat tersebut disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang menyampaikan pendapat para ahli.

Baca Juga: Patahan Megathrust Mentawai Picu Gempa Bumi Magnitudo 8,9 di Padang, Disusul Tsunami 10 Meter

"Setelah Gempa, 20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang Tsunami di Kota Padang,"

"Setinggi 6 hingga 10 meter dengan jarak 2 hingga 5 kilometer," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Sumbar Syahrazad Jamil, seperti dilansir Antara, Jumat 15 November 2020.

Hal tersebut disampaikan, Syahrazad Jamil dalam diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana Gempa dan Tsunami di Provinsi Sumbar.

Baca Juga: Tetep Waspada, Gunung Merapi Alami Gempa Sepanjang Hari

Ia menyebutkan, bencana alam tersebut diprediksi setidaknya bisa berdampak pada 1,3 juta penduduk.

Dengan menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal dunia, 52.367 hilang dan 103.225 mengalami luka-luka.

"Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Minangkabau hancur, itu prediksi para ahli," katanya.

Baca Juga: Gempa di Aceh Magnitudo 5,3 Sabtu 14 November, BMKG Keluarkan Pengumuman Ini

Sebagaimana diketahui, kata Syahrazad Jamil, Pulau Sumatera sudah mengalami beberapa kali bencana tsunami.

Khusus di Sumbar, Tsunami terjadi di Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010 dengan menelan korban jiwa hingga 408 orang.

Guna mewaspadai kemungkinan terburuk tersebut, Provinsi Sumbar melakukan berbagai upaya, di antaranya membangun kemitraan.

Juga koordinasi bersama Non Governmnet Organization (NGO) nasional maupun internasional termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Baca Juga: BMKG Pastikan Belum Ada Potensi Gempa Bumi Susulan di Tenggara Kabupaten Bandung

Pemerintah Sumbar, lanjut dia, juga bekerja sama dalam pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan kelompok siaga bencana hingga tingkat desa atau kelurahan.

Selanjutnya, kerja sama dengan TNI dan Polri terus diperkuat dalam hal penanggulangan bencana termasuk dengan perguruan tinggi negeri maupun swasta di provinsi tersebut.

Tidak hanya itu, program dan kegiatan pengurangan risiko bencana juga terus dikuatkan dengan membentuk satuan pendidikan aman bencana.

Baca Juga: Analisis BMKG: Gempa 7,1 M Bepusat di Yunani Berdampak hingga Turki Tak Sampai ke Indonesia

Kemudian, kelompok siaga bencana, latihan evakuasi mandiri dan pembangunan sarana mitigasi serta evakuasi berupa shelter, peta jalur evakuasi, dan peringatan dini.

"Bantuan shelter yang kita bangun memberikan rasa aman bagi masyarakat".

"Apalagi, sejak kejadian gempa 2009 sudah menjamur bangunan seperti hotel yang memberikan rasa aman," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler