Emosi, Penyanyi 'Aku Papua' Edo Kondolangit Minta Keadilan Saat Iparnya Diduga Meninggal di Tahanan

30 Agustus 2020, 18:26 WIB
Ilustrasi penganiayaan. (dok.) /

ISU BOGOR - Penyanyi yang dikenal 'Aku Papua' sekaligus kader Partai Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Perjuangan Edo Kondolongit emosi dan meminta keadilan terkait sanak saudarannya yang diduga meninggal di rumah tahanan Polresta Sorong, Papua.

Akun Veronica Koman melalui Twitternya membagikan potongan video saat Edo tangah emosi. Belum diketahui ia tengah berbicara dengan siapa. Namun, sebagian besar ia meminta agar peristiwa yang menimpa keluarga diusut tuntas.

"Edo Kondologit:

“Saya sudah sakit hati sekali dengan perlakuan ketidakadilan di negeri ini!”

Adik iparnya meninggal dengan luka penganiayaan dan luka tembak di dalam tahanan Polresta Sorong 6 jam setelah diserahkan oleh keluarga," tulis Vero yang dikenal sebagai pembela Papua juga buronan aparat.

Baca Juga: Sebaran Zona Merah Covid-19 Bogor, Kecamatan Bogor Barat Terbanyak dan Bogor Tengah Paling Sedikit

Sementara Alex Ramandey Anggota Komisi V DPR Dapil Provinsi Papua N Alex Ramandey menyebut bila peranggai Edo yang biasa tenang bisa marah berarti ada sesuatu yang salah.

"Saya punya Kaka Edo Kondologit ini terkenal dgn Nasionalismenya yng bgtu kuat. Selain penyanyi nasional beliau juga politisi @PDI_Perjuangan
di Papua Barat.

Kalau Kaka Edo sudah bicara seperti di Video di bawah ini berarti ada yng salah dlm Proses Hukum di Sorong, Papua Barat," cuitnya.

Baca Juga: Kantor Polsek Ciracas Dirusak, KSAD Minta Maaf dan Pelaku Harus Bertanggungjawab

Dalam video yang berdurasi 02.20 menit, Edo yang dikenal sebagai penyanyi 'Aku Papua' tampak meminta keadilan hukum atas terbunuhnya anak dari mama tuanya, lantaran dianiaya dalam ruang tahanan Polres Sorong Kota oleh teman sesama tahanan, pada Kamis lalu.

Edo berteriak dengan sangat emosi, meminta agar pihak Kepolisian Polda Papua Barat dan Propam mengusut dan memeriksa seluruh jajaran yang ada di Polres Sorong Kota. Yaitu mulai dari petugas piket yang bertugas pada saat kejadian adik sepupunya dianiaya, termasuk Kapolres Sorong Kota juga harus diperiksa.

“Tidak ada keadilan di Tanah Papua Ini. Saya sudah sakit hati sekali dengan perlakuan ketidakadilan di negeri ini. Kita menuntut keadilan, kami pihak keluarga meminta agar propam proses polsek, petugas piket sampai Kapolres. Adik kami adalah korban dari sistem yang ambruk," kata Edo dalam video.

Baca Juga: Makin Merah, Kota Bogor Catat Rekor Kedua Bertambah 23 Kasus Positif Covid-19

Diakui Edo, memang adik sepupunya YKR merupakan terduga pelaku kejahatan pembunuhan seorang wanita di Pulau Doom. Oleh karena itu, pasca kejadian, sambung Edo, pihak keluarga langsung menyerahkan YKR untuk menjalani proses hukum atas perbuatannya.

"Supaya kalian tahu, pihak keluarga sendiri yang serahkan anak kita, supaya diproses hukum dengan baik. Tapi kenapa belum 24 jam sudah mati. Kita menuntut keadilan, keadilan, ini negara hukum. Asas praduga tak bersalah, seseorang dinyatakan bersalah hanya atas keputusan pengadilan, bukan polisi yang menentukan. Ini negara hukum, bukan negara suka-suka gue," tandasnya.

Baca Juga: Kota Bogor Zona Merah, Bima Arya Minta Warga Jakarta Menahan Diri

Menurut Edo, Pulau Doom yang berada di pinggiran Kota Sorong, adalah pulau yang sangat kecil. Namun di Pulau Doom, minuman keras (miras) dan narkoba beredar dengan bebas.

"Biar semua orang tau, pulau doom kecil ini, miras berkeliaran, narkoba dijual bebas. Polisi tahu itu, saya sudah punya bukti dan saya akan lapor. Polisi omong kosong," ujarnya.

Ditambahkan Edo, berdasarkan keterangan dari pihak Kepolisian bahwa YKR meninggal lantaran dianiaya oleh tahanan lain. "Omong kosong, kok ada luka tembak. Di media juga polisi bilang berhasil menangkap, omong kosong juga. Keluarga yang menyerahkan ke polisi. Hentikan sandiwara ini!," pungkas Edo Kondologit.***

Editor: Chris Dale

Sumber: Twitter

Tags

Terkini

Terpopuler