60 Tahun Silam, Dunia Sempat Gempar karena Pancasila

- 30 September 2020, 23:22 WIB
Presiden Soekarno*
Presiden Soekarno* /

ISU BOGOR - Pancasila ternyata sempat menggemparkan dunia saat Presiden Republik Indonesia pertama Ir Soekarno berpidato di hadapan para pemimpin negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat

Tepat hari ini 30 September 2020, 60 tahun silam di Gedung PBB, New York, Amerika Serikat, Bung Karno bergitua biasa disapa Soekarno berkesempatan menyampaikan gagasan di depan para pemimpin-pemimpin negara di PBB.

Dikutip IsuBogor.com dari RRI, pidato yang berjudul "To Build The World A New" (Membangun Dunia Kembali) dengan durasi sekitar 90 menit itu telah menggemparkan dunia.

Baca Juga: Esensi Pancasila versi Soeharto Dikenang, Warganet Dukung Tutut

Indonesia dengan konsepsi Pancasila-nya memberikan pandangan dan arah kepada dunia, yang diawali dengan pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Di mana konferensi itu menghasilkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika, yang kemudian disebutkan sebagai matahari yang sudah lama diimpikan.

Sejak abad 15, bangsa-bangsa barat dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel (3G) telah mengarungi samudera untuk mencari daerah-daerah penghasil rempah-rempah.

Alih-alih ingin berdagang, akhirnya mereka menguasai satu per satu hingga menanamkan suatu sistem atau konsepsi yang membuat ketidak teraturan dunia, bahkan sampai dengan hari ini.

Baca Juga: 6 Kata Bijak Tentang Kesaktian Pancasila

Pada 30 Sepetember 1960 itu, Soekarno yang merupakan jebolan perkumpulan Gang Peneleh (Rumah HOS Tjokroaminoto) di Surabaya, sudah membaca konstelasi tersebut saat usianya masih relatif muda.

Alhasil, pada tahun 1945, konsepsi yang bernama Pancasila telah dimufakati oleh para pemuka-pemuka bangsa Indonesia dalam sidang BPUPKI dan PPKI menjelang kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pancasila yang tertuang kemudian di dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi dasar terbentuknya Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 18 Agustus 1945.

Baca Juga: Tolak RUU HIP, DPRD Cirebon Coret Kata Khilafah dari Ikrar Setia Pancasila

Bahkan, di kancah internasional Pancasila dijadikan simbol perlawanan kepada kolonialisme dan imperialisme bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

Soekarno yang didaulat sebagai juru bicara dari negara-negara seperti Yugoslavia, Ghana, India, Persatuan Arab, dan Birma, menjadi orator di hadapan pimpinan majelis Sidang Umum PBB.

Momentum itulah yang dijadikan kesempatan untuk melawan konspirasi negara-negara Barat yang telah menguasai dunia dan membawa ketidakteraturan negara-negara di dunia dengan suasana konflik yang diciptakannya.

Baca Juga: Apa yang Disampaikan BTS Dihadapan Sidang Umum PBB, Saksikan Link Live Streamingnya Disini

Pancasila menjadi suatu kebenaran universal yang dapat diterima oleh setiap bangsa, sekaligus membuktikan bahwa Pancasila sebagai Ubiquitous Factor, yakni faktor yang berada di mana-mana.

To Build The World A New dimaknakan sebagai membangun dunia kembali. sedangkan To Build a New World, membangun dunia yang baru.

Presiden Soekarno dan Soeharto (kiri belakang sebelum menjabat Presiden kedua RI).
Presiden Soekarno dan Soeharto (kiri belakang sebelum menjabat Presiden kedua RI). Istimewa

Membangun dunia kembali artinya membangun fitrah manusia di dunia yang sebelumnya berperilaku baik dan menjunjung tinggi akan Ketuhanan, yang kemudian bergeser oleh arus kolonialisme dan imperialisme. Sehingga moral dan etikanya menjadi rusak, begitu pun dengan kehidupannya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Sentil Kemerdekaan Palestina Dalam Sidang PBB, Ini Penekanannya

Dalam suatu guratan sejarah, founding fathers kita telah menegaskan bahwa perjuangan bangsa Indonesia bukan hanya untuk bangsa Indonesia, tetapi suatu perjuangan untuk umat manusia.

Maka dari itu, sudah sewajarnya bila Indonesia selalu menjadi incaran dari negara-negara yang kerap membuat kerusakan di muka bumi. Tentunya dengan berbagai cara yang mereka lakukan untuk melemahkan bahkan menghancurkan kita.

Pasca Soekarno pidato dengan heroik di tanggal tersebut, akhirnya hanya ada tiga kata yang tersimpul dari negara-negara tersebut, yaitu Bunuh Soekarno, Matikan Ajarannya, dan Miskinkan Rakyatnya.

Tahun 1965 di hari yang sama (30 September), Oknum yang ingin Hancurnya Soekarno dan Pancasila serta Indonesia, melancarkan aksinya dan berhasil mengubah makna hari itu menjadi negatif dengan sebutan G 30 S PKI atau Gestapu, yang diambil dari nama Tentara Rahasia Nazi di era Perang Dunia II.

Baca Juga: Cadangan Bahan Makanan Lebanon Kosong, PBB Kirim 50 Ribu ton Terigu

Akhirnya, bangsa kita hanya tahu bahwa 30 September merupakan hari naas dan tragis yang dialami oleh bangsa Indonesia. Pada malam pergantian hari itu terjadi peristiwa diculiknya enam jenderal yang berbuntut pada pembubaran PKI dan pembantaian jutaan manusia.

Sehingga pidato heroik Soekarno di Gedung PBB dalam rangka menggelorakan perang asimetris menghadapi pihak-pihak yang membuat kerusakan pada tatanan dunia, harus berakhir dan menuai kekalahan pada lima tahun setelah dikumandangkannya pidato tersebut.

Nikita Sergeyevich Khrushche dan Ir. Sukarno
Nikita Sergeyevich Khrushche dan Ir. Sukarno

Mulai hari ini, 30 September 2020, kita dapat mengganti istilah Gestapu yang sarat dengan makna negatif menjadi hari digelorakannya perang asimetris di PBB oleh Sukarno dalam rangka To Build The World A New.

Baca Juga: Cadangan Bahan Makanan Lebanon Kosong, PBB Kirim 50 Ribu ton Terigu

Tanpa dipungkiri, perang asimetris itu masih berjalan hingga hari ini. Saat ini dan ke depan, kita semua menanggung amanah untuk melanjutkan perang asimetris yang telah dilancarkan oleh Founding Fathers kita. Peperangan yang akan menghasilkan antara hilang atau tidaknya Pancasila, dan antara hancur atau tidaknya NKRI.

Andaikata kita kalah dan hancur, itu lebih terhormat ketimbang diam atau balik menggerogoti Pancasila dan NKRI, yang tentunya perbuatan itu sangat hina di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x