Esensi Pancasila versi Soeharto Dikenang, Warganet Dukung Tutut

- 8 Agustus 2020, 19:32 WIB
Tangkapan layar video Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto sedang menjelaskan Falsafah Jawa sebagai esensi Pancasila.
Tangkapan layar video Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto sedang menjelaskan Falsafah Jawa sebagai esensi Pancasila. /Linna Syahrial /Linna Syahrial



ISU BOGOR - Putri Presiden Kedua Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana yang biasa dipanggil Mbak Tutut didukung warganet atas unggahannya di media sosial mengenang falsafah Jawa mengenai esensi Pancasila versi ayahnya.

Video Seoharto yang berdurasi 1.47 menit dari dokumentasi Tutut diunggah di akun @TututSoeharto49 yang sedang menjelaskan 20 falsafah Jawa yang jika dipahami masyarakat, pasti akan mengerti jati dirinya.

Seoharto berpendapat bahwa pada dasarnya, setiap orang terlahir individu tapi untuk berlangsung hidup perlu didukung orang sekelilingnya, orang banyak.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini, Ada The Sultan Jelang Tengah Malam

Mengiringi video tersebut, Tutut memberikan keterangannya bahwa ayahnya sering menjelaskan tentang suatu hal, seperti menjelaskan esensi Pancasila menggunakan falsafah Jawa.

Ia pun membuat utas yang mengungkapkan, melalui falsafah huruf Jawa itu ayahnya menjelaskan 'sangkan paran' yang berarti asal muasal dan tujuan hidup manusia.

Manusia berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Manusia dibekali sejumlah kelengkapan, termasuk dua sifat yang bertentangan.

Baca Juga: RSUD Kota Bogor Segera Berganti Nama, Bima Arya: Untuk Identitas Sangat Perlu

Disambungnya, maka setiap manusia sendirilah yang menentukan hendak memenangkan sifat yang mana dalam dirinya sendiri.

Sebab manusia secara kodrati juga bukan makhluk individual saja, namun juga makhluk sosial. Dua sifat itu, melekat dalam setiap manusia, monodualistis.

Pemahaman itu merupkan kunci pemahaman dan penghayatan Pancasila.

Penduduk Jawa merupakan jumlah terbesar dari bangsa ini. Maka pendekatan kultural tidak kalah penting untuk menjelaskan idiologi bangsa Pancasila agar mudah di pahami dan di laksanakan oleh seluruh masyarakat.

Baca Juga: Bogor Gandeng KPK Terkait Integrasi Data Pajak, Bima Arya: Transparansi untuk Efisiensi

Pancasila harus terus dimasyarakatkan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Unggahan tutut tersebut mendapatkan berbagai komentar, yang sebagian besar mendukung yang disampaikannya melalui akun Twitter tersebut.

 



Hampir rata-rata komentar warganet berkomentar merindukan sosok pemimpin seperti Soeharto.***

Editor: Linna Syahrial

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x