Meski demikian Nasir menyampaikan, bahwa masker kain meskipun ia tak memiliki kerapatan layaknya masker N95 ataupun masker bedah tetapi secara umum masker kain tetap memiliki kemampuan penyaringan yakni sekitar 50 sampai dengan 80 persen.
Lebih lanjut dia menyampaikan masyarakat dapat memilih masker kain dengan memilih kain yang rapat dan kaku sehingga tidak mudah terjadi streching kain maupun perubahan pori ketika masker dipakai.
Baca Juga: Bogor Zona Merah Lagi, Bima Arya Larang Warga Bersepeda dan Jogging di Lingkar Kebun Raya
Dia juga mencontohkan, untuk melihat kerapatan bahan yang akan dijadikan masker kain, juga dapat dilakukan dengan mengarahkan kain saat direnggangkan ke arah cahaya lampu. "Kita bisa mengamati perubahan ukuran pori kain sebelum dan setelah peregangan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, penumpang KRL Jabodetabek diminta tidak memakai masker scuba atau buff saat naik KRL. Sebab masker scuba atau buff tak efektif tangkal debu, virus dan bakteri.
Hal tersebut dimumkan dalam Instagram @Commuterline. Dalam postingan @Commuterline, diberitahu persentase efektivitas jenis-jenis penangkal debu, virus dan bakteri.
Masker N95 efektif menangkap sampai 100 persen virus. Sementara masker bedah 80 persen sampai 95 persen. Lainnya masker FFPI menangkap 95 persen virus. Masker kain 3 lapis menangkal sampai 70 persen.
Baca Juga: Pemerintah Klaim, Kasus Aktif Corona Di Berbagai Daerah Mengalami Penurunan
Sementar masker scuba atau buff hanya menangkal virus masuk ke mulut dan hidung hanya 5 persen, bahkan tidak bisa.
"Hindari pemakaian masker scuba atau buff yang hanya 5% efektif dalam mencegah risiko terpaparnya akan debu, virus, dan bakteri," ungkap admin medsos @commuterline.***