Perokok Lebih Rentan Terjangkit Covid-19, Studi atau Konspirasi?

- 13 Agustus 2020, 19:32 WIB
Ilustrasi perokok.*
Ilustrasi perokok.* /XINHUA/

ISU BOGOR - Sejak awal pandemi Covid-19, banyak narasi-narasi yang terbentuk hingga menimbulkan polemik. Mulai dari apa dan siapa dibalik pandemi, usia yang paling rentan, karakter dan prilaku virus, hingga gaya hidup seseorang dikaitkan.

Akibatnya publik dibuat bingung karena mudahnya informasi disebar dan diakses publik yang belum sahih kebenarannya, seperti kabar beredar tentang seorang perokok lebih rentan terpapar COVID-19.

Banyak yang mulai kritis tapi, tak sedikit pula yang menelan mentah-mentah apakah isu tersebut berbasis studi atau juga konspirasi?

Baca Juga: Sempat Dihamili hingga Berencana Menikahi Pembantu Jadi Motif Sekretaris Ini Nekad Habisi Bosnya

Seperti dikutip IsuBogor.com dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Agus Dwi Susanto mencoba menjelaskan seorang perokok lebih rentan terjangkit COVID-19.

Bahkan kata Agus, bisa dua sampai tiga kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah reseptor ACE 2 atau tempat duduknya SARS-Cov-2 di saluran pernapasan para perokok lebih banyak dari non-perokok.

Agus juga menyatakan bahwa penyebab selanjutnya adalah asap rokok yang dihasilkan oleh perokok dapat menurunkan imunitas tubuh, terutama pada imunitas saluran pernapasan.

Baca Juga: Bogor Diguyur Hujan Deras, Katulampa Siaga 4

Padahal diketahui bahwa sistem imunitas penting sekali dalam berperan menghambat terjadinya infeksi virus dan bakteri.

“Karena bahan-bahan yang ada di dalam asap rokok itu terbukti mengganggu proses migrasi berbagai sel-sel imunitas tubuh saat melawan infeksi itu sudah ada risetnya di beberapa jurnal sebelumnya,"

"Bahwa ketika seorang perokok, kemudian terjadi infeksi maka migrasi daripada sel-sel imunitas itu akan menurun dan fungsinya juga menurun," kata Agus dalam dialog di Media Center Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2020.

Baca Juga: Strategis Berbatasan dengan Banten, Ade Yasin Sebut Rumpin Layak Jadi Ibukota Kabupaten Bogor Barat

Akibatnya, lanjut Agus, ketika terinfeksi akan terjadi kondisi yang lebih luas dan cenderung menjadi lebih berat termasuk pada COVID-19.

Selain itu, Agus juga mengatakan penyebab lain adalah menyangkut komordibitas. Orang-orang yang memiliki penyakit komorbid seperti jantung, hipertensi, dan diabetes diketahui berpotensi lebih besar untuk terjangkit COVID-19.

Merokok dapat meningkatkan potensi komorbid yang lebih banyak sehingga potensi tertular atau terinfeksi COVID-19 lebih besar.

Baca Juga: Arus Deras dan Cuaca Hambat Pencarian Remaja Hilang di Sungai Cisadane

“Jadi hampir penyakit-penyakit komorbid ini lebih banyak ditemukan pada seorang perokok, akibatnya tentu ketika seorang perokok memiliki komorbid akhirnya menimbulkan risiko terjangkit COVID-19. Jadi ada dampak secara tidak langsung dari rokok, komorbid kemudian COVID-19 itu sendiri,” jelas Agus.

Penyebab selanjutnya yang menyebabkan perokok dapat lebih mudah terjangkit COVID-19 adalah kebiasaan para perokok dalam memegang rokok secara berulang-ulang.

Menurut Agus, kebiasaan ini menyebabkan transmisi virus ke dalam tubuh jauh lebih meningkat karena adanya inhalasi dari tangan ke saluran pernapasan.

Baca Juga: Tak Kenakan Masker, 166 Warga Bogor Terjaring Razia

Selanjutnya menyangkut mortalitas. Agus memaparkan bahwa mortalitas yang dimiliki oleh seorang perokok menempati presentasi yang cukup tinggi.

“Risiko terjadinya COVID-19 pada perokok berdasarkan literatur itu, mortalitasnya cukup tinggi. Jadi kalau perokok itu yang terkena COVID-19 dan meninggal, itu sekitar 25 persen," paparnya.

Sedangkan mortalitas umum, lanjut dia, di dunia sekitar lima persen atau kali lipat dari mortalitas dunia.

"Jadi perokok itu memang tinggi dalam meningkatkan risiko terjangkit COVID-19 yang berat sampai meninggal," ungkapnya.

Baca Juga: 30 Pegawai Puskesmas Positif Covid-19, Seluruh Tenaga Kesehatan di Bogor Wajib Jalani Swab Test

Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum Jogja Sehat Tanpa Tembakau (JSTT) Prof Yayi Suryo Prabandari juga nyatakan bahwa edukasi di berbagai media harus ditingkatkan guna menciptakan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok di tengah pandemi COVID-19.

“Pemberian edukasi, informasi, dan komunikasi di berbagai media harus ditingkatkan dalam rangka memacu kesadaran masyarakat atas dampak merokok dan penyebabnya bahayanya dari sisi penyebaran COVID-19,” tambah Yayi.

Sebagai penutup, Yayi berpesan agar masyarakat menjalankan seluruh protokol kesehatan serta Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang di dalamnya juga ada imbauan untuk tidak merokok demi kesehatan bersama.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x