Pada saat Balatentara Islam dapat menaklukkan suku-suku Arab yang semakin berpendidikan di Suriah dan Irak, dapat diistilahkan seluruh kaum Quraisy telah masuk Islam, sehingga menghilangkan peluang benarnya catatan-catatan non-Muslim mengenai pertempuran tersebut.
Kedua, dengan tersusunnya berbagai kompilasi hadits, karenanya naskah-naskah catatan aslinya menjadi tidak dibutuhkan lagi, dan menurut Hugh Kennedy kesudahan dibasmi dengan "kecepatan yang menyedihkan".
Ketiga, umumnya umat Muslim yang taat beranggapan bahwa para Muslim yang tewas di Badar adalah para syahid yang agung, sehingga akbar probabilitas menjadi faktor yang membatasi untuk usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan penggalian arkeologis di Badar.
Perang Badar dalam Pustaka Modern
Mengingat letak pertempuran ini dalam sejarah Islam dan rumusan tersiratnya berupa kemenangan atas suatu penghalang yang sangat akbar, karenanya pemakaian nama "Badar" menjadi populer di kalangan tentara atau himpunan paramiliter Islam.
"Operasi Badar" adalah nama yang digunakan oleh Mesir untuk perannya dalam Perang Yom Kippur pada tahun 1973, dan Pakistan menggunakannya dalam Perang Kargil pada tahun 1999. Di Irak, sayap militer dari Dewan Tertinggi Revolusi Islam di Irak (SCIRI) menamakan diri sebagai Organisasi Badar.
Perang Badar Film The Message
Perang Badar ditampilkan dalam film layar lebar berjudul The Message, yang dihasilkan tahun 1976. Meskipun pada umumnya film ini sesuai dengan perlintasannya kejadian, terdapat beberapa perubahan yang nyata.
Pasukan Quraisy digambarkan mengikut-sertakan barisan kaum wanita, sedangkan keberadaan mereka sesungguhnya jelas tidak benar.
Demikian pula tidak ditampilkan benarnya himpunan yang tidak bersedia turut bertempur, meskipun dalam film digambarkan Sisa dari pembakaran Sufyan menolak turut serta.