Khutbah Jumat Terakhir Bulan Rajab : Bahaya Miras, Aspek Kesehatan Maupun Sosial

- 11 Maret 2021, 17:17 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat Bahaya Miras
Ilustrasi Khutbah Jumat Bahaya Miras /Pexels / Ahmad Robani

وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ (الطلاق: ١)

Maknanya: “Itulah hukum-hukum Allah, dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” (QS ath-Thalaq: 1)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Tsa’labah al-Khusyani, Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى فَرَضَ فَرَائِضَ فَلَا تُضَيِّعُوْهَا وَحَدَّ حُدُوْدًا فَلَا تَعْتَدُوْهَا وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلَا تَنْتَهِكُوْهَا (رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ)

Maknanya: “Sesungguhnya Allah mewajibkan kewajiban-kewajiban, maka jangan dilalaikan, Allah membuat batas-batas maka jangan dilanggar dan Allah mengharamkan beberapa perkara maka jangan diterjang” (HR ad-Daraquthni)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Siapa pun yang ingin selamat dan meraih derajat tinggi di akhirat, maka ia wajib bertakwa kepada Allah ta’ala. Karena takwa adalah jalan keberuntungan dan kebahagiaan. Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan nafsunya dan memaksanya untuk bertakwa.

Lebih-lebih di masa kita sekarang ini. Dari hari ke hari, kemungkaran semakin menyebar luas dan keburukan serta kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat terus meningkat. Setan menyesatkan banyak hamba Allah sehingga ia mengalihkan mereka dari jalan takwa. Sebagian disesatkan oleh setan sampai pada batas kekufuran.

Dan sebagian yang lain disesatkan sampai pada batas melakukan dosa-dosa besar yang membinasakan. Mereka lalai dan terlena sehingga tidak ingat mati dan kehidupan akhirat. Mereka terjerembab dalam perbuatan-perbuatan maksiat sehingga tidak mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah meninggal sebelumnya.

Uban yang menyerang kepala mereka pun tidak membuat mereka meninggalkan dosa. Sampai kapankah kelalaian ini berlangsung? Sampai kapan kita terus-menerus melakukan larangan-larangan Allah ta’ala?.

Sungguh beruntung orang yang memanfaatkan embusan-embusan nafasnya untuk berbuat taat yang akan menjadi bekal baginya kelak di kehidupan akhirat.

Halaman:

Editor: Wilda Wijayanti

Sumber: NU


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah