Mitos Gerhana Penumbra Menurut Orang Jawa, Antara Fenomena dan Bencana

- 28 November 2020, 05:00 WIB
Ilustrasi Gerhana Bulan Penumbra.
Ilustrasi Gerhana Bulan Penumbra. /Pixabay

Jika terjadi gerhana, sebagian masyarakat harus segera pulang untuk menyelamatkan sumber penghidupannya di desa.

Baca Juga: LAPAN Sebut Fenomena Lintang Kemukus Merupakan Pantulan Cahaya dari Pembangkit Listrik

Sawah atau lahan pertanian, dalam kepercayaan orang Jawa zaman dulu, harus disirami air selama gerhana terjadi agar tidak rusak dan gagal panen.

Jika punya kebun yang menghasilkan bahan pangan, seperti pohon-pohon buah, harus dipukul-pukul batangnya supaya selamat dari terjangan murka Batara Kala.

Ilustrasi gerhana bulan
Ilustrasi gerhana bulan

Hewan-hewan ternak juga harus dijaga jangan sampai tertidur selama gerhana berlangsung dengan cara dicambuk-cambuk pelan dengan dahan pohon.

Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Menurut LAPAN Belum Bisa Dipastikan Nama Jenis Benda Luar Angkasa Tersebut

Jika tidak, hewan-hewan yang merupakan aset kehidupan itu terancam mati setelah gerhana usai. Begitulah mitosnya.

Dikisahkan pula dalam mitologi Jawa, bagian setengah leher ke bawah Batara Kala berubah menjadi lesung (tempat menumbuk padi).

Maka, ketika terjadi gerhana, orang-orang beramai-ramai memukuli lesung.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: BMKG Lapan.go.id Berbagai Sumber Langit Selatan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah