"Sekarang kekuasaan mesti membaca itu sebagai keadaan Indonesia mengalami turbulensi, jadi kepanikan kekuasaan sebetulnya terlihat dari kesalahan kekuasaan di awal yang menganggap bahwa rezim ini selalu stabil, sehingga Habib Rizieq bisa discreen out
sebagai non faktor, kira-kira begitu pikiran kekuasaan," kata Rocky.
Rocky mengungkapkan bahwa keadaan sudah berubah, ada krisis ekonomi, krisis kesehatan, legitimasi dunia, serta olok-olok pers terhadap seluruh menteri yang gagal dan gugup menghadapi Direktur YLBHI Asfinawati cs.
Baca Juga: Survei Setahun Jokowi Publik Tidak Puas, Peneliti: Mestinya Bubar
"Keadaan itu merupakan faktual di dalam Indonesia, karena itu orang semakin berharap (Habib Rizieq) memimpin perubahan atau menghasilkan ide alternatif, dan itu soal biasa di dalam psikologi manusia," katanya.
Dia mengatakan yang luar biasa adalah kegugupan Istana, khususnya Menteri Kordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang menyebutkan itu bukan hal penting.
Menurutnya, itu memperlihatkan bahwa ketidakmampuan untuk mengolah isu ini akan menempel dan bersilang dengan keadaan real Indonesia yang morat-marit secara ekonomi dan hukum.
"Jadi itu konteksnya kenapa Habib Rizieq harus menjadi isu yang dibicarakan," ujarnya.***