"Kan orang dengan komorbid, obesitas misalkan dia tuh sudah ada dalam kondisi infalamsi cronic atau low grade inflamation cronic, orang dengan obesitas itu sudah inflamasi with or without COVID-19," ungkap Dokter Piprim.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Mbak You Sempat Dikecam oleh Deddy Corbuzier, Ini Katanya
Antibodi itu kan bagian dari adaptif imunity (kekebalan tubuh yang beradaptasi). Menurutnya jika kekebalan tubuh kuat, maka virus bisa selesai disitu di inherited imunitynya.
"Jadi COVID-19 itu bisa diselesaikan dengan autofagi yang sangat hebat," ungkap Dokter Piprim.
Lebih lanjut, Dokter Piprim, autofagi itu artinya saat tubuh dalam kondisi tidak ada kalori tidak ada makanan masuk atau olahraga yang cukup intensitasnya.
"Intinya ATP nya berkuranglah, itu autofagi tubuh akan melirik disekitar mencari cadangan sekaligus untuk recycle," katanya.
Maka dari itu, kata Dokter Piprim mekanisme recycle ini sekaligus untuk houskeeping atau bersih-bersih sel. Misalnya saat ada sel calon kanker akan dihancurin oleh autofagi, begitu juga denga orang yang mengalami alzheimer.
"Dalam alzheimer ada protein salah cetak di otak itu diancurin sama dia (autofagi). Jadi orang yang rajin puasa, autofagi-nya berjalan dengan kuat itu akan sangat bagus untuk kesehatan metaboliknya," kata Dokter Piprim.
Ia menjelaskan, berdasarkan literatur yang dibaca tentang autofagi belum banyak dibahas.
"Ini yang saya baca tentang autofagi ya. Ini terus terang saja, kuliah kedokteran juga nggak banyak dibahas. Karena konsep autofagi ini baru muncul dan mendapat nobelnya pada 2016," pungkasnya.***