Luhut di Podcast Close the Door: Kok Saya 'Penguasa' yang Ngatur Ini Nggak Bisa Bantu Sahabat

10 November 2021, 14:16 WIB
Luhut di Podcast Close the Door: Kok Saya 'Penguasa' yang Ngatur Ini Nggak Bisa Bantu Sahabat /Youtube Deddy Corbuzier

ISU BOGOR - Luhut di Podcast Close the Door bercerita kondisi dan situasi pandemi Covid-19 pada Juli 2021. Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) itu mengaku sedih tak bisa bantu teman masuk Rumah Sakit (RS).

Kondisi tersebut membuat Luhut Binsar Pandjaitan miris dan merasa seolah dirinya sebagai sahabat yang memiliki kekuasaan tetap tidak bisa berbuat banyak karena situasi seperti chaos.

"Kok saya 'penguasa' yang ngatur ini, nggak bisa juga nganuin (bantu teman) ini. Karena begitu chaoticnya waktu itu," ucap Luhut di Channel Youtube Deddy Corbuzier, Rabu 10 November 2021.

Baca Juga: Bantah Isu yang Beredar, Luhut Sebut Harga PCR di Luar Negeri Sangat Mahal, Capai Jutaan!

Deddy Corbuzier sendiri mengakui dirinya yang memiliki koneksi atau link yang banyak tetap sulit masuk rumah sakit (RS). Hal tersebut dibenarkan Luhut Binsar Pandjaitan.

"Banyak yang ngomong begini, saya berdua ngomong mudah-mudahan tidak terjadi gelombang ke empat. Ketiga atau keempat," kata Luhut.

Menurut Luhut ke Deddy Corbuzier, kalaupun terjadi semoga tidak kebagian terpapar Covid-19.

Baca Juga: Deddy Corbuzier ke Luhut soal Covid-19 Timbulkan Banyak Orang Meninggal: Jangan Gitu Dong, Saya Hampir Mati

"Jadi makanya kita lebih baik hati-hati, sedikit lebih susah tetapi aman," ungkap Luhut.

Dalam kesempatan itu, Deddy Corbuzier juga memprotes harga tes PCR jadi turun, berarti sejak lama mengambil keuntungan besar.

"Ded kalau kita balik ke tahun lalu bulan Maret ini cobalah flashback, artinya jernih berpikir, kita kan menganggap ini semua masih flu biasa, tiba-tiba naik ke atas," kata Luhut.

Baca Juga: Wajib PCR Penerbangan Dibatalkan, Luhut: Kita Mau Super Hati-hati atau Kembali ke PPKM

Selanjutnya, kata Luhut, begitu naik ke atas masyarakat termasuk pemerintah bingung harus PCR.

"PCR itu binatang apa, kitapun tidak mengerti kan. Bingung. Saya ingat ada Seto itu dia baru jadi komisaris di BNI harus PCR, dia bilang sama saya bayar PCR bayarnya kok Rp5 juta atau Rp6 juta, itupun satu minggu baru keluar, ada yang Rp7 juta," ungkap Luhut.

Selanjutnya, Luhut teringat rakyat kecil bagaimana kondisinya jika harus menjalani tes PCR dengan harga selangit itu.

Baca Juga: Sindir Luhut soal Konsistensi Pemerintah, Susi Pudjiastuti Panggil Epidemiolog dan Ahli Komunikasi

"Nanti gimana itu, nah disitulah kita mulai cari jalan keluarnya bagaimana, saya bilang kita cari yang murah, carilah macam-macam ada yang ke Rusia, harganya mahal disana di Eropa," kata Luhut.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler