Gerakan Tutup Kuping Trending, Rocky Gerung Ikuti Netizen: Gejala Baru Politik Indonesia

16 September 2021, 16:20 WIB
Gerakan Tutup Kuping Trending, Rocky Gerung Ikut Netizen: Gejala Baru Politik Indonesia /Tangkapan Layar Rocky Gerung Official

ISU BOGOR - Pengamat Politik Rocky Gerung menilai gerakan tutup kuping muncul di media sosial sebagai fenomena baru dari gejala politik di Indonesia. Rocky juga menilai wajar jika santri melakukan tutup telinga karena mungkin sedang menghafal Al-Quran.

Semua penghafal kitab suci, kata Rocky dipastikan ingin mendapatkan kekhusyukan tidak ingin terganggu oleh suara apapun, termasuk musik. Sehingga lumrah jika ada santri yang menutup telinga.

"Darwin juga begitu, tradisi katolik juga begitu, itu yang disebut retreat, meditasi dalam kesunyian. Jadi itu konsentrasi untuk menghubungkan manusia dengan alam semesta, Tuhan yang maha esa," ungkapnya di channel YouTube Rocky Gerung official, Kamis 16 September 2021.

Baca Juga: Tak Ambil Pusing, Kementerian Agraia Akan Cek Dokumen Rocky Gerung dan Sentul City

Mencari kekhusyukan atau kesunyian untuk menghubungkan manusia dengan tuhan, menurut Rocky Gerung disebut genealogi. Apa yang dilakukan santri ibaratnya genealogi rohani, tapi ada juga genealogi politik.

"Yaitu 'pepe' di dalam masyarakat jawa, itukan orang cuma diam ajakan protes didepan istana raja atau sultan menunggu reaksi sultan. Itu dalam upaya untuk minta perhatian sebetulnya itu," kata Rocky Gerung.

Selanjutnya di Indonesia saat ini, kata Rocky Gerung, orang minta perhatian lewat poster dan mural, semuanya dilarang.

Baca Juga: Rocky Gerung Marah Dituding Sentul City Beli Tanah dari Terpidana: Waktu Gua Beli Dia Bukan Maling!

"Sehingga terbitlah pepe four point o tentang gerakan tutup telinga, karena menganggap orang yang nggak mau mendengar, sebaiknya nggak usah didengar juga kalau dia ngomongkan, ngapain, yang tidak mau berkomunikasi tidak usah didengar, maka muncullah prinsip itu," kata Rocky Gerung.

"Hear no evil, see no evil atau hindari melihat si dungu dan tutup mata bila si dungu lewat. Kira-kira begitu,".

Lebih lanjut, menurut Rocky Gerung, gerakan tutup telinga itu adalah counter culture atau fenomena kontra budaya.

Baca Juga: Rocky Gerung: Sentul City Membuka Kelemahan Sendiri

"Biasa dalam keadaan orang terhalang untuk mengekspresikan sesuatu, maka ekspresinya dicarikan jalan yang sangat sublime hanya biasa dibaca oleh mata hati," tegasnya.

Rocky Gerung menyindir pemerintah dengan munculnya gerakan tutup telinga didengar atau tidak, mungkin dia membayangkan sesuatu yang lain.

"Jadi ini gejala baru dalam politik kita, kalau kanal-kanal demokrasi ditutup, maka akan ada kapiler-kapiler kecil yang terbuka. Itu sama seperti jantung, jika aorta tersumbat maka pembuluh darah kapiler akan mencari jalan untuk tiba lagi dijantung," tegansya.

Baca Juga: Rocky Gerung Soal Rumahnya Terancam Digusur Sentul City: Lingkungan Hidup Versus Korporasi Rakus

Rocky Gerung menilai fenomena challenge gerakan tutup kuping ini adalah bagian dari sodetan untuk menghubungkan masyarakat melalui fasilitas.

"Bisa juga disebut sebagai dissobidient paling canggih, karena langsung diperlihatkan ketidaksukaan. Jadi netizen dissobidient," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung mengaku ikut melakukan gerakan tutup kuping karena sejak kemarin hingga hari ini menjadi trending di media sosial.

"Makanya saya sepakat dan ikutin netizen," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler