Kenapa Bogor Sering Hujan Es ? Begini Penjelasan BMKG

- 23 September 2020, 19:36 WIB
butiran es saat terjadi hujan deras di Kota Bogor, Rabu 23 September 2020
butiran es saat terjadi hujan deras di Kota Bogor, Rabu 23 September 2020 /Chris Dale/Chirs Dale

ISU BOGOR - Bogor yang dikenal sebagai Kota Hujan sangat rentan terjadi hujan es pada saat cuaca ekstrem peralihan musim. Masyarakat pun diimbau agar selalu waspada cuaca ekstrem yang akan terjadi sepekan ke depan.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Asep Firman dalam keterangannya menuturkan, prakiraan secara umum, BMKG menerangkan bahwa selama bulan September hingga Oktober terdapat periode peralihan musim atau pancaroba dari kemarau ke penghujan.

Di mana kondisi hujan tidak merata dapat terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat atau cuaca ekstrem.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Kota Bogor Diguyur Hujan Es Sebesar Kepala Jari


"Pada masa peralihan musim ini, perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, hingga angin puting beliung, juga bisa disetai hujan es" ujarnya, Rabu 23 September 2020.

Hujan es ini memang tidak setiap kali datang. Dia akan datang di waktu-waktu tertentu saja. Kata Asep, fenomena hujan es biasanya terjadi pada cuaca ekstrem masa peralihan cuaca. Biasanya, cuaca pagi hingga siang panas terik.

"Tiba-tiba mendung pekat, kemudian hujan deras turun. Bahkan, kerap dibarengi dengan petir dan angin kencang. Bahkan, di sejumlah wilayah terjadi hujan es," paparnya.

Baca Juga: DIdakwa Kasus Pencucian Uang, Jaksa Pinangki Penampilannya Bikin Heboh di Sidang Perdana Tipikor

Sebagai kota yang memiliki curah hujan yang sangat tingggi, kota hujan ini memiliki beberapa titik yang bahkan sudah sangat biasa diterjang hujan es. Daerah-daerah yang dekat dengan Gunung Salak paling sering mengalami hujan seperti ini. Belum lagi petir yang memang besar-besar.

"Hujan es tidak hanya terjadi di negara sub-tropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah equator," ujarnya.

Ia menjelaskan, fenomena tersebut biasa terjadi pada saat musim peralihan atau ketika frekuensi hujan banyak terjadi pada siang atau malam hari. Hujan es, biasanya turun antara pukul 13.00-17.00, tetapi tidak menutup kemungkinan juga turun di malam hari.

Baca Juga: Ini Sosok Selebgram Liya Nurzeftian yang Foto KTP-nya Viral di Media Sosial

Hujan es yang disebut juga hail dalam ilmu meteorologi. Ialah presipitasi (kandungan kelembaban udara yang berbentuk cairan atau bahan padat, seperti hujan, embun, salju) yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat dingin di atmosfer pada lapisan di atas freezing level.

Es yang terjadi dengan proses ini, kata ia, biasanya relatif berukuran besar. Walaupun telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semua bagiannya mencair.

Baca Juga: Di Sidang Umum PBB, Jokowi Ingatkan Internasional bila Palestina Belum Nikmati Perdamaian

Asep menjelaskan, hujan es berasal dari awan Cumulo Nimbus (CB) yang berlapis-lapis menjulang ke arah vertikal sampai dengan ketinggian 30.000 kaki lebih di dekat permukaan bumi. Dapat juga berasal dari awan multisel, dan pertumbuhannya secara vertikal, dengan luasan area horizontalnya sekitar tiga sampai lima kilometer.

"Peristiwa ini hanya bersifat lokal dan tidak merata, kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama," tambahnya.***

Editor: Chris Dale


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x