Ekspansi Obyek Wisata di Puncak Bogor Ancam Habitat Monyet Ekor Panjang

- 4 November 2023, 13:59 WIB
Ilustrasi monyet ekor panjang di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Puncak Bogor.
Ilustrasi monyet ekor panjang di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna, Puncak Bogor. /ISU BOGOR/Mutiara Ananda H.

Monyet ekor panjang memakan snack atau makanan ringan yang ia rebut dari wisatawan di Taman Wisata Alam Telaga Warna, Puncak Bogor. (ISU BOGOR/Mutiara Ananda H.)
Monyet ekor panjang memakan snack atau makanan ringan yang ia rebut dari wisatawan di Taman Wisata Alam Telaga Warna, Puncak Bogor. (ISU BOGOR/Mutiara Ananda H.)

 “Jadi itu habituasi, (yakni) mengondisikan monyet ke dalam sistem yang akan kita terapkan. Karena pada saat wisatawan dating, mereka (monyet ekor panjang) berpikir, wah ada makanan nih pasti, (kalau) ada makanan mereka (wisatawan) pasti akan memberi makan dan mereka (monyet ekor panjang sudah terbiasa dengan itu," jelas  Entang.

Jika dikaitkan dengan kasus monyet ekor panjang yang turun ke pemukiman, menurut pengamatan warga, beberapa di antaranya sering mencoba merebut makanan dari manusia atau warung-warung yang mereka temui. Hal ini menunjukkan adanya indikasi monyet-monyet yang turun ke pemukiman tersebut sudah terbiasa diberi makan oleh manusia sehingga mereka tak ragu menghampiri siapapun yang membawa makanan.

Mirisnya, kata Entang, perilaku monyet ekor panjang yang dipengaruhi kebiasaan manusia tidak bisa berubah ke perilaku alamiahnya secara instan. Diperlukan waktu yang sangat lama untuk memulihkan satwa primata tersebut, salah satunya dengan menghentikan kebiasaan memberi makan pada mereka di tempat-tempat wisata maupun kawasan lainnya.

"Nah, agak sulit untuk mengembalikan mereka ke sistem awal. Perlu usaha terus menerus dengan tidak memberi makan kepada monyet," terang ahli dari PSSP IPB itu. 

Potensi zoonosis dalam konflik manusia dengan monyet ekor panjang di kawasan Puncak Bogor

Luasnya interaksi antara manusia dan monyet ekor panjang di kawasan Puncak Bogor berpotensi menyebabkan penularan penyakit yang bersifat zoonotik dari monyet ekor panjang ke manusia maupun sebaliknya. Entang menjelaskan, monyet ekor panjang yang berinteraksi dengan manusia di pemukiman maupun tempat wisata bisa menularkan sejumlah penyakit, seperti tuberculosis (TBC) dan malaria. Tak hanya dari monyet ekor panjang ke manusia, melainkan juga sebaliknya.

Monyet ekor panjang di atas atap rumah warga di kawasan Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. (ISU BOGOR/Mutiara Ananda H.)
Monyet ekor panjang di atas atap rumah warga di kawasan Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. (ISU BOGOR/Mutiara Ananda H.)

"Bisa menularkan (penyakit), kemudian selain dari monyet ke manusia bisa juga dari manusia ke monyet,” jelas Entang.

"Bisa saja mereka yang di alam itu kita tidak tahu status kesehatannya, bisa saja TBC, bisa saja malaria. Jika dalam rombongan itu ada yang terkena TBC lalu kontak dengan manusia, maka akan terjadi penyebaran,” sambungnya.

Bahayanya lagi, lanjut Entang, sangat sulit membedakan mana monyet ekor panjang yang membawa penyakit dengan mana yang tidak membawa penyakit. Sebab, untuk mengetahui apakah seekor primata membawa penyakit atau tidak harus melalui pengecekan terlebih dahulu. 

Halaman:

Editor: Mutiara Ananda Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah