Idul Adha di Masa Pandemi, Bima Arya: Rapatkan Barisan, Lawan Teori Konspirasi Covid-19

- 31 Juli 2020, 22:49 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya di Masjid Agung Al Mi'raj Bogor, Jalan Pajajaran, Bogor Timur, Jumat 31 Juli 2020.
Wali Kota Bogor Bima Arya di Masjid Agung Al Mi'raj Bogor, Jalan Pajajaran, Bogor Timur, Jumat 31 Juli 2020. /Iyud Walhadi// Prokompim

ISU BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim melaksanakan sholat Idul Adha 1441 Hijriyah di Masjid Agung Al Mi'raj Bogor, Jalan Pajajaran, Bogor Timur, Jumat 31 Juli 2020.

Ditemui usai sholat Ied, Bima Arya mengatakan bahwa Idul Adha tahun ini dirayakan di tengah pandemi Covid-19. "Qurban itu substansinya adalah menekan ego dan mengutamakan kemaslahatan atau kepentingan yang lebih besar. Itu yg dicontohkan oleh Nabi Ibrahim," ungkap Bima Arya.

"Sekarang ini bencana disebabkan karena banyak orang egois. Jadi demi kesenangan sendiri membahayakan orang lain. Kita harus menekan ego kita. Ada yang bilang pakai masker tidak enak, jaga jarak tidak enak, menahan untuk nongkrong-nongkrong juga tidak enak. Tapi sekarang semua harus ditekan. Di Kota Bogor ada enam keluarga terpapar Covid, ini jadi kluster penyebaran Covid. Bahkan ada satu keluarga yang jumlahnya 14 orang," jelasnya.

Baca Juga: HUT RI di Masa Pandemi, Bogor Gelar Festival Merah Putih Bertemakan Gotong Royong Membangun Negeri

Adanya kluster tersebut, lanjut Bima, karena ketidakdisiplinan anggota keluarga. "Egois menganggap dirinya tidak membahayakan. Habis dari luar kota, tidak isolasi, langsung kontak dengan keluarga, pegang orang yang punya komorbid itu bahaya sekali. Bisa meninggal. Jangan egois. Substansi Qurban hari ini adalah itu, menekan ego kita," tandas Bima.

Substansi lain dari Idul Adha tahun ini, kata Bima adalah momentum untuk menguatkan kebersamaan. "Ini perang. Kita harus sama-sama. Merapatkan barisan, tidak boleh terpecah-pecah. Yang kita lawan hari ini adalah pemahaman yang keliru tentang Covid-19. Terutama teori konspirasi. Konspirasi itu berbahaya kalau diyakini secara akidah. Pertama, itu suudzon. Berpikir jelek kepada orang lain, berpikir jelek kepada pemerintah. Ajaran agama mengajarkan kepada kita untuk husnudzon. Agama juga mengajarkan kita untuk muhasabah, evaluasi diri. Bukan menyalahkan orang lain. Teori konspirasi itu menyalahkan orang lain," bebernya.

Bima menambahkan, orang yang percaya teori konspirasi berarti tidak mengimani ajaran agama. "Bahaya. Saya lihat di sosial media teori konspirasi ini masih banyak pengikutnya. Ini ujian keimanan, bukan hanya ujian kesehatan. Meyakini teori konspirasi itu berarti keimanan kita kurang kuat. Jadi covid ini kenyataan, bukan khayalan. Teori konspirasi itu khayalan," imbuhnya.

Baca Juga: Idul Adha, Ada Penambahan 10 Kasus Positif Covid-19 di Bogor Raya

"Ini tugas bersama membangun narasi besar tentang ujian keimanan itu. Terakhir saya minta warga Bogor tetap waspada ini situasinya masih belum aman. Ada kluster keluarga, ada klister perkantoran, ada kluster luar kota atau imported case. Saya berterimakasih jamaah sholat Ied tadi menjaga protokol kesehatan," tambah dia.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x