Bertemu Ayatollah Ali Sistani Tanpa Masker, Paus Fransiskus: Kami Tidak Bisa Diam Ketika Terorisme Melanggar

- 6 Maret 2021, 22:52 WIB
Paus Fransiskus bertemu Ayatollah Ali al-Sistani di Kota Suci Najaf, Irak, Sabtu, 6 Maret 2021.
Paus Fransiskus bertemu Ayatollah Ali al-Sistani di Kota Suci Najaf, Irak, Sabtu, 6 Maret 2021. /REUTERS/Grand Ayatollah Ali al-Sistani office

Diberitakan sebelumnya, Paus Fransiskus (84) kepala 1,2 miliar umat Katolik Roma, dan Imam Besar Ayatollah Ali al-Sistani (90) pemimpin spiritual sebagian besar Muslim Syiah di dunia.

Keduanya berbicara selama hampir satu jam selama kunjungan kepausan pertama ke Irak, perjalanan pertama Paus ke luar negeri sejak dimulainya pandemi Covid-19.

Sistani, berpakaian hitam, "menegaskan keprihatinannya bahwa warga Kristen harus hidup seperti semua warga Irak dalam perdamaian dan keamanan, dan dengan hak konstitusional penuh mereka", menurut sebuah pernyataan.

Baca Juga: Paus Fransiskus Kritik Orang Berlibur ke Luar Negeri Hindari Lockdown

Paus Fransiskus, berpakaian putih, berterima kasih kepada Sistani karena telah "mengangkat suaranya untuk membela yang paling lemah dan paling teraniaya" selama beberapa masa paling kejam dalam sejarah Irak baru-baru ini, kata Vatikan.

Pertemuan di hari kedua dari perjalanan tiga hari itu menjadi momen penting dalam sejarah agama modern dan tonggak sejarah dalam upaya Fransiskus memperdalam dialog dengan agama lain.

Francis, seorang pendukung kuat dialog antaragama, telah bertemu dengan ulama Sunni terkemuka di beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Bangladesh, Maroko, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Dua tahun lalu, dia dan Sheikh Ahmed al-Tayeb, imam masjid al-Azhar di Kairo dan otoritas penting bagi Muslim Sunni, menandatangani teks yang mendorong dialog Kristen-Muslim.

Setelah bertemu dengan Sistani, Fransiskus melakukan perjalanan ke kota kuno Ur, di mana Abraham, patriark alkitabiah yang dihormati oleh orang Kristen, Muslim dan Yahudi, diyakini telah lahir.

Paus Fransiskus bertemu dengan perwakilan komunitas agama Irak yang beragam, termasuk Yazidi, yang tanah leluhurnya Sinjar dihancurkan oleh ISIS pada tahun 2014, Mandaean, Kakais, Bahá'ís, dan Zoroastrian.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah