Menko Luhut menilai GeNose merupakan inovasi yang baik untuk membantu pemerintah melakukan program tracking, tracing, testing, dan treatment (4T). Selain itu, GeNose nyaman dan mudah digunakan.
Dengan menggunakan alat ini, deteksi virus corona (Covid-19) dilakukan dengan menghembuskan udara ke kantong yang sudah disiapkan.
Baca Juga: Rumor Pergantian Pelatih Chelsea, Frank Lampard Sebodo Amat
"Alatnya hanya seharga 62 juta dan harga per orangnya hanya dikenakan sekitar Rp20 ribu. Jika pemakaian lebih banyak tentunya cost-nya akan semakin turun dan nantinya alat ini akan terus dikembangkan sehingga mempunya akurasi yang akan lebih tajam," tuturnya.
"Alat GeNoSe menjadi solusi dari permasalahan alat screening dan diagnosis yang saat ini masih cukup mahal dan ketersediannya terbatas," kata Luhut.
Ke depan, Luhut ingin penggunaan GeNose bisa lebih luas, yaitu ke area publik seperti hotel, mal, hingga lingkungan masyarakat di RT/RW. Namun, Luhut mengingatkan agar penggunaan kantong plastik pada GeNose menggunakan bahan yang mudah didaur ulang agar lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Melejit Berkat The Penthouse, Kim Young Dae Tampil Jadi Cameo di True Beauty
GeNose sendiri disebut memiliki akurasi mencapai di atas 90 persen dan sudah mengantongi izin edar dari Kemenkes. Hanya saja sejumlah pihak masih mempertanyakan akurasi alat ini, terutama bagi orang yang telah memakan panganan tertentu yang berbau khas seperti petai dan durian.
Staf Khusus Menristek/ Kepala BRIN Ekoputro Adiyajanto mengakui merokok atau makan yang menyengat akan mengurangi keefektifan pengetesan GeNose.
"Oleh karena itu, SOP-nya adalah sebelum melakukan skrining dengan geNose, setengah jam sebelum pengetesan, pengguna atau pasien tidak boleh merokok, minum minuman dengan rasa yang kuat seperti teh atau kopi, atau makan makanan yang menyengat seperti durian, petai, jengkol," kata Eko kepada CNNIndonesia.com, pada 28 Desember 2020 lalu.***