Redam Konflik, Cak Nun Ingatkan Pesan Mendalam Ini untuk Jokowi dan Habib Rizieq

- 8 Desember 2020, 22:48 WIB
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun saat mengisi acara dalam kegiatan Mocopat Syafaat pada 2019.
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun saat mengisi acara dalam kegiatan Mocopat Syafaat pada 2019. /Caknun.com

Indonesia amat kita cintai, tetapi Indonesia bukanlah segala-galanya dalam kehidupan. Indonesia bukan cerminan atau parameter sorga atau neraka. Apa yang kita lakukan kepada Indonesia itulah bagian dari potensi sorga atau neraka kita.

Kalau anjuran kita tidak dilaksanakan, kita sama sekali tidak kaget dan tidak menjadi kecil hati.

Kalau umpamanya didengarkan dan dilaksanakan, kita juga tidak menjadi mungguh atau berbesar hati.

Kalau kita menyampaikan saran umpamanya kepada pemimpin Pemerintahan atau Imam ummat, kita sampaikan yang paling murni, paling objektif, paling jujur, wajar dan terukur.

Tapi jangan dipikir kita tidak tahu bagaimana keadaan dan sikap hidup mereka. Pastilah seorang pemimpin politik memiliki pamrih, strategi dan goal-nya sendiri – yang kita tahu bahwa hal itu tidak memungkinkannya menerima saran kita.

Jangan terlalu lugu untuk tidak tahu bahwa seorang Presiden dengan jajaran pemerintahannya tidak memiliki pengalamannya sendiri, kegeraman dan kemarahannya sendiri, perhitungan dan tergetnya sendiri, untuk mempertahankan dan menunjukkan kekuasaan menurut versinya sendiri.

Juga kita tidak bego atas sisi atau kutub lainnya. Bukan hanya HRS, tapi juga semua atmosfer di sekelilingnya, yang murni maupun yang menunggangi, yang meneduhkan maupun yang memanaskan, yang membelanya dengan keluguan maupun yang memanfaatkannya untuk berbagai macam kepentingan termasuk subversi-subversi intelijen.

Lebih tidak pilon lagi untuk secara common sense saja mengerti bahwa ini era Globalisasi. Indonesia dengan Pemerintahnya tidak berdiri sendiri, tidak berdiri hanya dengan dirinya sendiri, tidak berdiri dengan keputusan otentiknya sendiri.

Seseorang menjadi Presiden tidak karena dia punya keniscayaan diri sebagai Presiden dengan segala persyaratan kualitatifnya. Ia dipresidenkan.

Subyek primernya bukanlah ia, sebagaimana demikian yang terjadi dengan Perang Dingin, Arab Spring, termasuk yang kecil-kecil seperti bentrok Ambon, Poso, gejala di pantura dst. Demikian juga yang di seberangnya.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: CakNun.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x