Jelang Pemilihan Presiden AS, Donald Trump Serang Joe Biden

2 November 2020, 11:23 WIB
Donald Trump dan Joe Biden /

ISU BOGOR - Satu hari menjelang Pemilihan umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), Donald Trump semakin massif menyerang lawannya Joe Biden.

Sekedar diketahui, besok, 3 November 2020 merupakan Pilpres AS tahun 2020. Ada dua kandidat dalam Pilpres AS 2020 ini yakni Donald Trump berpasangan dengan Mike Pence dan Joe Biden dengan Kamala Haris.

Sengitnya pertarungan Pilpres AS antara Donald Trump sebagai calon presiden dari Partai Republik dengan Joe Biden dari Demokrat ini sudah terlihat sejak beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Mirip di Indonesia, Trump Klaim Menang Pilrpes AS 2020 Versi Survei

Namun panasnya situasi politik semakin menonjol saat satu hari menjelang pemilihan. Di akun twitternya Donald J Trump secara massif menyerang Joe Biden.

"Selama beberapa dekade, Joe Biden membiarkan negara lain menipu Anda dan menipu Amerika secara buta! Satu-satunya orang yang diuntungkan dari kebijakannya adalah dirinya dan keluarganya. Dia muncul setiap 4 tahun, dan kemudian kembali ke D.C. dan memenuhi minat khususnya. (Sedangkan) Minat khusus saya hanya ANDA," cuit Trump, 2 November 2020.

Tak hanya itu, Trump juga mewanti-wanti jika Joe Biden terpilih maka pilihan sekolah akan dihentikan, kemudian sekolah charter akan dihapus. "Membatalkan sekolah agama, melarang sholat di sekolah umum, mengindoktrinasi anak-anak Anda dengan kebohongan Anti-Amerika,"

"Dan memaksa Anda untuk mensubsidi aborsi ekstrim yang berlangsung lama. Kami percaya bahwa setiap anak adalah Hadiah Suci dari Tuhan!," tegas Trump.

Baca Juga: Simpel, Unggahan Trump Jadi Alat Sindiran Fahri Hamzah ke Menkes Terawan Soal Corona

Bahkan bahasa Trump terlihat semakin tak terkontrol dengan menyebut Joe Biden adalah calon perusuh, penjarah, pembakar, perampas senjata, pembakar bendera, Marxis, pelobi, dan kepentingan khusus.

"Saya adalah calon petani, pekerja pabrik, petugas polisi, dan pekerja keras, patriot yang taat hukum dari setiap ras, agama dan keyakinan! #MAGA," tulisnya.

Bahkan ia menanggapi terkait hasil investigasi kerusuhan pada demonstrasi Jumat lalu yang menyebut ada keterlibatan Joe Biden. "Pendapat saya, para patriot ini tidak melakukan kesalahan apa pun. Sebaliknya, FBI dan Kejaksaan harus menyelidiki teroris, anarkis, dan agitator ANTIFA, yang berkeliaran membakar kota-kota yang dikelola Demokrat dan menyakiti rakyat kami!," tegasnya.

Sementara itu, Politisi Partai Republik yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Arkansas, Asa Hutchinson, mengatakan pilpres harus diselenggarakan tepat waktu. Menurut dia, pemerintah negara bagian berkepentingan memastikan surat suara tersalurkan dengan baik.

Baca Juga: Setelah Trump Positif, Klaster Corona Gedung Putih Makin Berbahaya

"Langkah presiden menyuarakan kekhawatirannya di depan publik tidak membantu apa-apa," kata Hutchinson.

Tingkat partisipasi pemilih pada pilpres tahun ini diperkirakan naik karena adanya krisis COVID-19. Petugas pemungutan suara di masing-masing negara bagian saat ini bekerja untuk memastikan puluhan juta surat suara dapat terkirim ke rumah pemilih tepat waktu dan dikembalikan saat proses penghitungan suara dimulai.

Miller mengkritisi upaya kebijakan pemerintah negara bagian di Nevada yang ingin memperpanjang masa pemungutan suara via surat selama pandemi. Pemerintah negara bagian lainnya berencana menghitung suara tertanggal 3 November yang tiba setelah Hari Pemilihan Umum.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler