Februari 2021, Penumpang KRL Wajib Dites Corona

23 Januari 2021, 21:37 WIB
Sejumlah calon penumpang KRL Commuter Line menunggu kereta tiba di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (19/9/2020). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) melakukan penyesuaian jam operasional KRL selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta mulai Sabtu (19/9), dengan pemberangkatan pertama pukul 05.00 WIB dan kereta terakhir meninggalkan wilayah Jakarta pada pukul 19.00 WIB. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/wsj. /Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

ISU BOGOR - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan pemerintah akan menggunakan GeNose, alat deteksi virus corona atau Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), di sejumlah stasiun kereta api di Indonesia mulai 5 Februari 2021.

"Alat ini akan mulai digunakan bagi pengguna transportasi umum kereta api pada 5 Februari," ungkap Budi Karya dalam keterangan resmi.

Hanya saja Kemenhub saat ini masih menunggu persetujuan dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19. Setelahnya, Kemenhub akan menuangkan izin penggunaan GeNose secara resmi lweat Surat Edaran (SE).

Baca Juga: Gadis 10 Tahun Meninggal Ikut Blackout Challenge, Italia Blokir Sementara TikTok

Selain itu, Kementerian Perhubungan juga perlu berkoordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Kesehatan.

Di sisi lain, Budi menilai GeNose bisa digunakan menjadi salah satu alat deteksi covid-19 di kereta karena telah melakukan uji coba langsung.

Uji coba dilakukan bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan di Stasiun Pasar Senen, Jakarta pada hari ini, Sabtu 23 Januari 2021.

Baca Juga: Bocoran Film Doraemon 2 Tayang Februari, Haru Nobita Nikahi Suzuka dan Bertemu Neneknya

Rencananya, GeNose akan ditebar ke seluruh simpul transportasi umum, mulai dari kereta, lalu dilanjut ke bandar udara hingga pelabuhan dan terminal.

Menko Luhut menilai GeNose merupakan inovasi yang baik untuk membantu pemerintah melakukan program tracking, tracing, testing, dan treatment (4T). Selain itu, GeNose nyaman dan mudah digunakan.

Dengan menggunakan alat ini, deteksi virus corona (Covid-19) dilakukan dengan menghembuskan udara ke kantong yang sudah disiapkan.

Baca Juga: Rumor Pergantian Pelatih Chelsea, Frank Lampard Sebodo Amat

"Alatnya hanya seharga 62 juta dan harga per orangnya hanya dikenakan sekitar Rp20 ribu. Jika pemakaian lebih banyak tentunya cost-nya akan semakin turun dan nantinya alat ini akan terus dikembangkan sehingga mempunya akurasi yang akan lebih tajam," tuturnya.

"Alat GeNoSe menjadi solusi dari permasalahan alat screening dan diagnosis yang saat ini masih cukup mahal dan ketersediannya terbatas," kata Luhut.

Ke depan, Luhut ingin penggunaan GeNose bisa lebih luas, yaitu ke area publik seperti hotel, mal, hingga lingkungan masyarakat di RT/RW. Namun, Luhut mengingatkan agar penggunaan kantong plastik pada GeNose menggunakan bahan yang mudah didaur ulang agar lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Melejit Berkat The Penthouse, Kim Young Dae Tampil Jadi Cameo di True Beauty

GeNose sendiri disebut memiliki akurasi mencapai di atas 90 persen dan sudah mengantongi izin edar dari Kemenkes. Hanya saja sejumlah pihak masih mempertanyakan akurasi alat ini, terutama bagi orang yang telah memakan panganan tertentu yang berbau khas seperti petai dan durian.

Staf Khusus Menristek/ Kepala BRIN Ekoputro Adiyajanto mengakui merokok atau makan yang menyengat akan mengurangi keefektifan pengetesan GeNose.

"Oleh karena itu, SOP-nya adalah sebelum melakukan skrining dengan geNose, setengah jam sebelum pengetesan, pengguna atau pasien tidak boleh merokok, minum minuman dengan rasa yang kuat seperti teh atau kopi, atau makan makanan yang menyengat seperti durian, petai, jengkol," kata Eko kepada CNNIndonesia.com, pada 28 Desember 2020 lalu.***

Editor: Chris Dale

Tags

Terkini

Terpopuler