Network
ISU BOGOR - Buruknya kualitas udara di sejumlah kota di Indonesia membuat pemerintah harus cepat tanggap dalam menangani persoalan tersebut. Salah satu upaya pemerintah untuk menekan tingkat polusi yakni dengan memodifikasi cuaca.
Namun, upaya tersebut tidaklah cukup. Polusi udara masih menjadi momok di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan lainnya. Sebagaimana yang terlihat pada hari ini, Kamis, 21 September 2023, Kota Bandung masuk ke dalam daftar wilayah paling berpolusi versi IQAir.
Menurut laporan IQAir, Kota Bandung berada di bawah Jakarta dengan indeks kualitas udara yang mencapai zona oranye.
Sebagai informasi, zona oranye dalam laman IQAir menandakan bahwa kualitas udara di suatu wilayah berada di predikat tidak sehat bagi kelompok tertentu.
Baca Juga: Daftar 10 Kota Paling Berpolusi di Indonesia per 21 September 2023, Jakarta di Urutan Berapa?
Kota Bandung berada di peringkat 6 wilayah paling berpolusi di Indonesia dengan angka polusi yang mencapai 111. Sementara, di atasnya ada Jakarta dengan angka polusi 141.
Adapun daftar 10 kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia hari ini adalah sebagai berikut:
1. South Tangerang, Provinsi Banten (183)
2. Palembang, Sumatera Selatan (168)
3. Kota Denpasar, Provinsi Bali (155)
4. Cileungsir, Jawa Barat (153)
5. Jakarta, Jakarta (141)
6. Kota Bandung, Jawa Barat (106)
7. Kota Surabaya, Jawa Timur (87)
8. Kota Semarang, Jawa Tengah (84)
9. Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (68)
10. Kota Pekanbaru, Riau (59)
Baca Juga: Gerakan Pangan Murah di Taman Manunggal Bogor, Sekda Syarifah: Mudah-mudahan Bisa Turunkan Harga
Seperti yang terlihat di atas, Tanggerang Selatan, Provinsi Banten, menjadi wilayah paling berpolusi di Indonesia hari ini.
Angka 183 menandakan bahwa kualitas udara di Tanggerang Selatan tidak sehat atau zona merah. Kemudian, menyusul Palembang yang sama-sama berada di zona merah.
Lalu, bagaimana dengan Bogor? IQAir mencatat bahwa kota hujan berada di zona kuning alias sedang. Tingkat polusinya yaitu 73.
Kendati demikian, indeks kualitas udara tersebut bisa berubah sewaktu-waktu lantaran dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas transportasi, dan lain sebagainya.***
