Baca Juga: Hore! BLT Pekerja Rp600 Ribu Diluncurkan Senin saat HUT RI ke-75, Cair Akhir Agustus
Dalam hadis dijelaskan bahwa puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah Asyura.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam” (HR. Muslim).
Ibn Abbas menerangkan bahwa ketika Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi sering menjalankan puasa pada tanggal 10 Muharram.
Baca Juga: Cegah Korupsi, Jokowi Minta Pejabat Takut Allah SWT bukan Penjara
Mereka meyakini bahwa pada tanggal 10 Muharram bertepatan dengan peristiwa Nabi Musa yang dikejar Fir’aun dan pasukannya.
Nabi Musa bersama pengikutnya diselamatkan Allah swt ketika melawati laut merah, sementara Fir’aun dan pasukannya mati tenggelam.
Meski begitu, Nabi Muhammad menganjurkan puasa pada hari kesembilan Muharram, atau biasa disebut dengan puasa Tasu’a. hal ini untuk membedakan antara umat Islam dengan umat Yahudi yang hanya puasa Asyura saja.
Baca Juga: Ini Naskah Khutbah Idul Adha 1441 Hijriyah, Kurban dan Solidaritas Ditengah Pandemi