Mengenal 'Cacing Penis' yang Ganas, Kelomang Laut Zaman Purba

- 9 November 2021, 12:04 WIB
Ilustrasi cacing penis Kambrium menghuni cangkang hyolith.
Ilustrasi cacing penis Kambrium menghuni cangkang hyolith. /Zhang Xiguang / Live Science

ISU BOGOR - Cacing penis berbentuk lingga ini adalah beberapa pemangsa teratas di laut purba, tetapi bahkan mereka membutuhkan perlindungan.

Periode Kambrium (543 juta sampai 490 juta tahun yang lalu) membawa ledakan besar pertama keanekaragaman hayati ke Bumi, dengan nenek moyang hampir semua hewan modern pertama kali muncul. Salah satu yang paling ditakuti di antara mereka adalah cacing penis.

Secara teknis dikenal sebagai priapulids - dinamai Priapus, dewa alat kelamin pria Yunani yang diberkahi dengan baik - cacing penis, seperti yang biasa dikenal, adalah divisi cacing laut yang telah bertahan di lautan dunia selama 500 juta tahun.

Baca Juga: Polemik Ivermectin Obat Cacing untuk COVID-19, dr Pandu Riono: Akan Bernasib Sama dengan Klorokuin

Dilansir dari Live Science, keturunan modern mereka sebagian besar hidup tak terlihat di liang berlumpur jauh di bawah air, kadang-kadang membuat panik para nelayan dengan tubuh mereka yang berbentuk lingga.

Tetapi fosil-fosil yang berasal dari Kambrium awal menunjukkan bahwa cacing penis pernah menjadi momok laut purba, tersebar luas di seluruh dunia dan memiliki mulut yang dapat diperpanjang dan dilapisi taring yang dapat membuat makanan ringan dari makhluk laut malang yang melintasinya.

Tapi, meski menakutkan, cacing penis sendiri bukannya tanpa rasa takut. Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan 7 November di jurnal Current Biology, para peneliti menemukan empat fosil priapulid yang terletak di dalam cangkang berbentuk kerucut hyoliths, sekelompok hewan laut yang telah lama punah.

Baca Juga: Keluhkan Perut Kembung, Pria di Thailand Keluarkan 18 Meter Cacing Pita dari Pantat

Karena semua cacing ditemukan dalam jenis cangkang yang sama, dan pada posisi yang kurang lebih sama, kemungkinan cacing tersebut telah mengambil cangkang sebagai rumah mereka, seperti yang dilakukan kelomang modern, kata para peneliti.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x