Bulan Perlahan Meninggalkan Bumi 8 Inci Per Tahun, Benarkah Tanda Dunia Kiamat?

- 7 Oktober 2021, 19:49 WIB
Bulan Perlahan Meninggalkan Bumi 8 Inci Per Tahun, Benarkah Tanda Dunia Kiamat? Foto Ilustrasi/alarabiya.net
Bulan Perlahan Meninggalkan Bumi 8 Inci Per Tahun, Benarkah Tanda Dunia Kiamat? Foto Ilustrasi/alarabiya.net /

Puing-puing, para ilmuwan percaya, berasal dari tabrakan antara Bumi dan objek seukuran Mars yang misterius. Baru keluar dari oven kosmik, bulan panas dan cair, bersinar merah di langit malam.

Saat itu, kata para ilmuwan, bulan bergerak menjauh dengan kecepatan sekitar delapan inci per tahun.

Baca Juga: Bulan Perlahan Meninggalkan Bumi 8 Inci Per Tahun, Benarkah Tanda Dunia Kiamat?

Planet Bumi dan Bulan akan selalu terpisah seperti ini. Gravitasi bulan, sekecil perbandingannya, masih dapat menarik planet mereka, menyebabkan dunia yang lebih besar sedikit menonjol keluar.

Di planet yang tertutup lautan seperti Bumi, efeknya muncul dalam perubahan pasang surut. Bulan menarik lautan kita, tetapi lautan itu menarik kembali, membuat bulan mempercepat orbitnya.

"Dan jika Anda mempercepat saat mengorbit Bumi, Anda lebih berhasil melarikan diri dari Bumi, jadi Anda mengorbit dari jarak yang lebih jauh," kata James O'Donoghue, seorang ilmuwan planet di JAXA, badan antariksa Jepang sebagaimana dilansir The Atlantic, Kamis 7 Oktober 2021.

Baca Juga: Viral Video Fenomena Burung Mati Mendadak di Masa PPKM, Warga Sukabumi: Bertebaran di Belakang Rumah

ilmuwan telah mengukur retret ini dengan memancarkan laser ke cermin yang ditinggalkan astronot Apollo di bulan, menggunakan data itu, bersama dengan sumber lain, untuk memperkirakan pergerakan masa lalu.

Tingkat mundurnya bulan telah bergeser selama bertahun-tahun; lonjakan bertepatan dengan peristiwa penting, seperti pemboman meteor di bulan dan zaman es yang berfluktuasi di Bumi.

Retret konstan telah mempengaruhi Bumi di luar pasang surutnya. Kekuatan yang menarik bulan menjauh dari kita juga memperlambat rotasi planet, memperpanjang hari-hari kita.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: The Atlantic


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x