Puncak konjungsi Bulan Mars terjadi pada tanggal 20 Maret pukul 02.18.52 WIB dengan sudut pisah 1,94°. Tetapi Bulan dan Mars baru dapat disaksikan pada 19 Maret sejak akhir senja bahari (42 menit setelah terbenam Matahari) dari arah barat laut dengan ketinggian Bulan sebesar 45° dan sudut pisah 3,97°.
Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Muncul di Langit Sulawesi, Antara Mitos dan Tetengger Pagebluk
Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor di Langit Banggai Sulawesi Tengah, Warga Dibuat Kaget
Bulan juga berkonjungsi dengan Aldebaran dengan sudut pisah 7,04° sehingga membentuk konjungsi segitiga antara Bulan, Mars, dan Aldebaran. Ketampakan terakhir terjadi di arah barat-barat laut pada 22.20 waktu setempat dengan sudut pisah Bulan-Mars sebesar 3,00° dan sudut pisah Bulan-Pleiades sebesar 6,18°. Berselang 20 menit kemudian, ketiga benda langit ini sudah berada di bawah ufuk.
3. Ekuinoks Maret (20 Maret)
Ekuinoks Maret merupakan titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati Matahari dalam perjalanan semu tahunan Matahari dan langit belahan Selatan menuju Utara. Fenomena ini terjadi pada pukul 16.37.25 WIB, 17.37.25 WITA, dan 18.37.25 WIT.
Bagi pengamat yang berada di jalur khatulistiwa, Matahari akan tepat berada di atas kepala ketika tengah hari. Sedangkan untuk tempat yang lain, Matahari akan sondong ke Utara atau Selatan sejauh lintang lokasi.
Ketika Ekuinoks, Matahari akan terbit nyaris tepat di arah Timur dan terbenam nyaris tepat di arah Barat. Saat Matahari tepat di atas kepala, biasanya dikenal sebagai fenomena tanpa bayangan.
4. Fase Bulan Perbani Awal (21 Maret)
Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 21.40.22 WIB, 22.40.22 WITA, dan 23.40.22 WIT. Sehingga, Bulan Perbani Awal ini dapat disaksikan sejak terbit ketika tengah hari dari arah timur-timur laut, berkulminasi di arah utara menjelang terbenam Matahari, dan kemudian terbenam di arah barat-barat laut sekitar tengah malam.