Ini 5 Lukisan Terbaik Karya Seniman Indonesia yang Jadi Sejarah Berdirinya GNI

20 Oktober 2020, 17:28 WIB
ILUSTRASI Anak-anak mengunjungi Galeri Nasional Indonesia. //Instagram @galerinasional


ISU BOGOR - Sejarah berdirinya Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu wujud upaya pembangunan Wisma Seni Nasional atau Pusat Pembangunan Kebudayaan Nasional yang telah dirintis sejak tahun 60-an.

Sembari menunggu realisasi wisma seni nasional, Prof. Dr. Fuad Hasan. Sewaktu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Memprakarsai renovasi gedung utama tersebut menjadi gedung pameran seni rupa depdikbud, sebagai sarana aktivitas dan apresiasi seni rupa yang diresmikan pada 1987.

Baca Juga: BLACKPINK Tampil di GMA, Intip Alasan MAC Cosmetics Gandeng Lisa jadi Global Brand Ambassador

Melalui prakarsa Prof. Edi Sedyawati. Sewaktu menjabat sebagai Direktur Jendral Kebudayaan, diperjuangkan secara intensif pendirian galeri nasional Indonesia pada 1995.

Akhirnya pada 1998 telah di setujui melalui surat persetujuan Menko Pegawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara No. 34/MK.WASPAN/1998. Selanjutnya ditetapkan melalui Kepmendikbud No.099a/0/1988 dan diresmikan operasionalnya pada tanggal 8 Mei 1999 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Yuwono Sudharsono.

Struktur awal organisasi GNI Kepmendikbud No. 099a/0/1988, mengalami beberapa kali perubahan, terakhir ketika GNI berada dibawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, maka SK GNI dirubah menjadi Kepmendikbud Nomor PM.41/OOT.001/MKP-2006.

Baca Juga: PM Jepang Yoshihide Tiba di Istana Bogor, 3 Titik Arus Lalu Lintas Seputar Kebun Raya Dialihkan

Organisasi tata kerja galeri nasional indonesia saat ini berdasarkan Permendibud No. 72/2012 merupakan unit pelaksanan teknis dilingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.

Koleksi Galeri Nasional Indonesia

Galeri Nasional Indonesia menyimpan, menghimpun dan memamerkan karya seni rupa seperti lukisan, sketsa, grafis, patung, keramik, fotografi,seni kriya dan seni instalasi.

Saat ini GNI memiliki sekitar 1785 koleksi karya seniman Indonesia dan manca negara, antara lain:

Raden Saleh, Hendra Gunawan, Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Barli Sasmitawi Nata, Trubus, Popo Iskandar, Ahmad Sadali, Nashar, Soedarsono, Sunaryo, Amrus Natalsya, Hardi, Heri Dono, Dede Eri Supria, Ivan Sagita, FX. Harsono, Lucia Hartini, Irlantine Karnaya,
Hendrawan Kanaryo, Nyoman Gunarsa, Made Wiyanta, Ida Bagus Made, I Ketut Soki, Wassily Kand insky (Rusia), Hans Hartung (Jerman), Victor Vassarely (Hongaria), Sonia Delauney (Ukraina), Pierre Saulages (Parncis), Zao Wou Ki (China).

Selain itu terdapat karya seniman dari negara lainnya seperti Sudan, India, Peru, Cuba, Vietnam, Myanmar dan lain-lain.

Baca Juga: 5 Cara dan Manfaat Penggunaan Sunscreen Setiap Hari

Aktifitas Galeri Nasional Indonesia

Ruang lingkup kegiatan GNI yaitu melaksanakan pameran (permanen, temporer, keliling), melaksanakan preservasi (konservasi, restorasi), akuisisi dan dokumentasi, seminar, diskusi, workshop, performance art, pemutaran film atau video (screening), festival, lomba, dan lain-lain.

Yang berkenan dengan peningkatan pemahaman, keterampilan dan apresiasi seni rupa. Galeri Nasional Indonesia juga memberikan pelayanan riset koleksi dan pemanduan (guilding) untuk para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Berikut ini 5 karya lukisan terbaik Indonesia sepanjang sejarah, terpopuler di masanya hingga saat ini.

Baca Juga: PM Jepang Yoshihide Tiba di Istana Bogor, 3 Titik Arus Lalu Lintas Seputar Kebun Raya Dialihkan

1. Kapal Karam Dilanda Badai

Lukisan Kapal Karam Instagram @GaleriNasionalIndonesia

Seniman: Raden Saleh

Tahun pembuatan: 1840

Media: Cat minyak pada kanvas

Layaknya karya-karya bercorak Romantisisme, Raden Saleh mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-ambing antara keinginan menghayati dunia imajinasi dan menyatakan dunia nyata.

Perpaduan keduanya terwujud dalam ekspresi visual yang dramatis, emosional, sekaligus misterius. Meski demikian, para seniman romantisis sering juga berkarya berdasarkan pada kenyataan aktual.

2. Istriku

Lukisan Istriku

Seniman: Dullah
Tahun pembuatan: 1953
Media: Cat minyak pada kanvas

Lukisan Istriku ini, merupakan salah satu karya Dullah yang menunjukkan kecenderungan pada keindahan sosok-sosok wanita. Di samping perhatiannya yang kuat pada humanisme kerakyatan dan nilai-nilai lokal.

Dullah memang merupakan pelukis romantis yang juga dengan setia mengabadikan nilai-nilai ideal lewat kecantikan atau juga keindahan alam seperti dalam karya-karyanya.

Baca Juga: Pangandaran Diguncang Gempa Selasa Dini Hari 20 Oktober 2020

3. Pukul 12 Siang Hari

Lukisan Pukul 12 Siang Karya Hanafi

Seniman: Hanafi
Tahun pembuatan: 1960
Media: Akrilik, enamel pada kanvas

Dalam kerja kreatif, Hanafi sering melakukan kerja kolaborasi dengan koreografer, sastrawan, dan arsitek. Proses itu menjadi kekuatan untuk memperkaya kedalaman konsep dan unsur-unsur artistiknya.

Karya-karya Hanafi pada umumnya berukuran besar dengan sapuan kuas yang lebar dan warna-warna mencolok. Kesan yang dipancarkan karyanya adalah perasaan kesepian atau kesunyian, tetapi dapat dirasakan munculnya ekspresi yang kuat.

4. Potret Diri

Potret Diri

Seniman: Hariadi Selobinangun
Tahun pembuatan: 1962
Media: Cat minyak pada kanvas

Karya Potret Diri ini memperlihatkan penampilan unik dari pelukis Indonesia, yaitu dengan topi laken, over coat, dan syal hijau. Potret ini menampilkan penanda dan makna percaya diri seniman yang hidup pada masa sekitar revolusi kemerdekaan.

Baca Juga: Jelang Kedatangan Perdana Menteri Jepang Yoshihide, Tolak Omnibus Law Menggema di Istana Bogor

Mereka mencari Indonesia baru dengan mensintesiskan tradisi dan modernitas, tetapi juga sering mengaktualisasikan dirinya dengan idiom modern. Hariadi juga dikenal dengan seniman yang monumental.

5. Kelahiran

Lukisan Kelahiran

Seniman: Sutjipto Adi
Tahun pembuatan: 1985
Media : Cat minyak pada kanvas

Lukisan dalam suasana surrealis ini menggambarkan manusia dalam sosok anatomis lapisan-lapisan daging yang berdiri di tengah ruang. Kengerian sosok itu terhubung dengan bayangan figur-figur pada lantai dalam ketegangan, dan pada dinding serta tangga lantai yang juga membayang figur-figur dalam kematian.

Akan tetapi pada ujung ruang ini digambarkan dua anak yang melonjak dalam keceriaan. Karya ini menyampaikan makna tentang harapan baru yang tumbuh dari kelahiran. Terlebih hal itu di tengah dunia yang berisi ketegangan dan kecemasan tentang berbagai kematian.

Sucipto Adi merupakan salah seorang pelukis surrealis Indonesia yang tumbuh pada tahun 1980an. Karya-karyanya merupakan manifestasi dari pertanyaan dan pencariannya mengenai makna hidup.

Ciri personalnya adalah ungkapan dalam bentuk simbolik berupa figur manusia, binatang, tumbuhan, dan bentuk-bentuk yang dikonstruksi dalam bentuk geometris dengan komposisi yang rumit.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler