Niat dan Doa Buka Puasa Ramadhan 2022, Bacaannya Sesuai dengan Sunnah Rasulullah Ini Kata Ustadz Adi Hidayat

31 Maret 2022, 10:27 WIB
Niat dan Doa Buka Puasa Puasa Ramadhan, Bacaannya Sesuai dengan Sunnah Rasulullah Ini Kata Ustadz Adi Hidayat /YouTube Shiratal Mustaqiem
ISU BOGOR - Niat dan doa buka puasa Ramadhan sangat penting diketahui, khususnya yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah SAW, kata Ustadz Adi Hidayat.
 
Terkait niat puasa Ramadhan yang umumnya dibacakan yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghodin an adaa'i fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillahi ta'ala.
 

Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta'ala.
Sementara itu, Ustadz Adi Hidayat di kanal YouTube Shiratal Mustaqiem menjelaskan untuk doa buka puasa Ramadhan ada dua versi, keduanya berdasarkan riwayat hadits.

Versi pertama, kata Ustadz Adi Hidayat yaitu dari Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW membaca doa buka puasa:

Baca Juga: Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan: Kegembiraan Rasulullah di Momen Spesial yang Allah Anugerahkan

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru, insya-Allah.

Artinya: "Telah hilang rasa haus, telah basah urat nadi dan telah tetap pahala jika Allah menghendaki."

Kemudian, kata Ustadz Adi Hidayat, versi kedua yang juga sering dipanjatkan umat Islam saat berbuka puasa yaitu:

Baca Juga: Sidang Isbat 2022, Awal Ramadhan 1443 Hijriah Segera Diputuskan Kemenag Jumat 1 April

Dari Mu'adz bin Zuhrah mengatakan, Rasulullah SAW membaca doa buka puasa:

اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت

Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu.

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu saya berpuasa dan kepada-Mu saya berbuka.”

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa kedua doa tersebut sebenarnya sama-sama tercantum dalam kitab hadits Abu Dawud, hanya berbeda nomornya saja.

Baca Juga: Niat Puasa Ganti Ramadhan di Bulan Sya'ban, Arab, Latin dan Artinya

Menurut Ustadz Adi Hidayat, doa buka puasa versi pertama dianggap sebagai hadits shahih, sementara yang kedua statusnya lemah atau dha'if.

"Sehingga di beberapa tempat haditsnya dha'if," kata Ustadz Adi Hidayat.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan doa versi kedua, dianggap dha'if karena persoalannya bukan redaksinya.

"Ini lemah bukan karena redaksinya, karena periwayatannya ada yang disoal," papar Ustadz Adi Hidayat.

Dalam menanggapi persoalan ini, kata Ustadz Adi Hidayat, para ulama telah menyepakati doa berbuka puasa yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW sesuai dengan kaidah ilmu hadits.

"Sehingga jika ada hadits yang dinilai dha'if secara sanad, bukan secara matan atau isinya serta dianggap sebagai fado'ilul a'mal atau amal-amal utama," kata Ustadz Adi Hidayat.

Maka, lanjut Ustadz Adi Hidayat itu boleh dilakukan, sebab hadits tersebut dimasukan ke dalam amalan-amalan utama yang boleh dipanjatkan.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan bahwa harus diingat, matan atau isi tersebut tidak boleh bertentangan dengan, nilai-nilai yang terletak dalam Al Qur'an, keterangan yang ada di hadits-hadits shahih dan tidak bertentangan dengan hukum lainnya, terutama masalah seperti halal-haram dan lain sebagainya.

"Maka boleh, itu kesepakatan ulama hadits, sekalipun dinilai dha'if, tapi kalau isinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai tadi, dan dianggap sebagai fado'ilul a'mal," pungkasnya.



Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler