ISU BOGOR - Sebagain wilayah Indonesia dipastikan bakal mengalami fenomena Gerhana Bulan Penumbra pada akhir November 2020 ini.
Tanggal 30 November 2020, Gerhana Bulan Penumbra dimulai sore hari dan terus berlangsung sampai setelah Matahari terbenam.
Gerhana Bulan selalu terjadi saat Purnama. Akan tetapi, tidak setiap purnama terjadi gerhana.
Seperti dilansir dari laman Langit Selatan, Saat gerhana Bulan, Matahari, Bumi, dan Bulan segaris dengan Bumi berada di antara Matahari dan Bulan.
Baca Juga: Fenomena Gerhana Bulan Penumbra Menurut Mitologi Jawa, Bayi Lahir Tak Sempurna hingga Bencana
Baca Juga: Niat, Tata Cara dan Hukum Salat Gerhana Bulan Penumbra yang Akan Muncul 30 November 2020
Baca Juga: Fenomena Gerhana Penumbra Bakal Terjadi pada Akhir November 2020
Posisi ketiga benda yang sejajar menyebabkan terbentuknya dua kerucut bayangan Bumi.
Bayangan pada kerucut terluar adalah area bayangan penumbra dimana Bumi mengahalangi sebagian cahaya Matahari untuk mencapai Bulan.
Sedangkan kerucut yang ada di dalam kerucut penumbra adalah kerucut umbra dimana Bumi menghalangi seluruh cahaya Matahari untuk mencapai Bulan.
Baca Juga: Fenomena Sungai Pink di India Indah Tapi Merusak, Berikut Penjelasan Ahli Biologi
Fenomena gerhana matahari maupun bulan telah biasa dialami oleh umat manusia sejak zaman dahulu kala.
Sejalan dengan perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, tanggapan terhadap terjadinya gerhana pun menjadi beragam.
Pada zaman dahulu, keterbatasan intelektual, ilmu pengetahuan dan sejalan dengan keyakinan primitif manusia.
Baca Juga: Viral Fenomena Awan Lenticular di 7 Gunung di Jawa, Ada Tanda Bahaya di Balik Keindahannya
Setiap gejala alam selalu dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan supranatural, mitos-mitos dan keyakinan keagamaan.
Mitos-mitos yang muncul pada zaman dahulu, bahkan sebagian masih ada yang mempercayainya hingga sekarang ini
Ketakutan warga kian besar karena mitos-mitos terkait gerhana masih sangat diyakini masyarakat.
Baik di Jawa maupun di daerah-daerah lainnya di Indonesia dengan kisah atau keyakinan lokal yang tidak selalu sama.
Baca Juga: 2 Fenomena Alam di Gunung Merapi Terjadi Berurutan, Awan Lenticular dan Berpotensi Erupsi
Bagi perempuan yang sedang mengandung, sebagian orang Jawa meyakini gerhana dapat berakibat fatal. Janin dikhawatirkan lahir tidak sempurna.
Sang calon ibu bahkan bisa saja meninggal dunia apabila tidak diselamatkan dengan melakukan ritual.
Maka, menurut kepercayaan, wanita hamil harus diungsikan ke tempat yang dianggap aman, misalnya masuk ke kolong tempat tidur.
Baca Juga: 3 Fenomena Alam yang Bakal Terjadi Sampai Akhir Oktober, Nomor Tiga Paling Menarik!
Sementara itu, dilakukan ritual sego rogoh atau tradisi liwetan, yaitu memasak nasi beserta lauknya kemudian disantap beramai-ramai.
Tradisi ini masih kerap diterapkan hingga kini di beberapa desa di Jawa.
Batara Kala atau Kala Rahu, muncul berbagai mitos dalam kepercayaan sebagian orang Jawa seputar gerhana matahari atau bulan.
Jika terjadi gerhana, sebagian masyarakat harus segera pulang untuk menyelamatkan sumber penghidupannya di desa.
Baca Juga: LAPAN Sebut Fenomena Lintang Kemukus Merupakan Pantulan Cahaya dari Pembangkit Listrik
Sawah atau lahan pertanian, dalam kepercayaan orang Jawa zaman dulu, harus disirami air selama gerhana terjadi agar tidak rusak dan gagal panen.
Jika punya kebun yang menghasilkan bahan pangan, seperti pohon-pohon buah, harus dipukul-pukul batangnya supaya selamat dari terjangan murka Batara Kala.
Hewan-hewan ternak juga harus dijaga jangan sampai tertidur selama gerhana berlangsung dengan cara dicambuk-cambuk pelan dengan dahan pohon.
Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Menurut LAPAN Belum Bisa Dipastikan Nama Jenis Benda Luar Angkasa Tersebut
Jika tidak, hewan-hewan yang merupakan aset kehidupan itu terancam mati setelah gerhana usai. Begitulah mitosnya.
Dikisahkan pula dalam mitologi Jawa, bagian setengah leher ke bawah Batara Kala berubah menjadi lesung (tempat menumbuk padi).
Maka, ketika terjadi gerhana, orang-orang beramai-ramai memukuli lesung.
Juga membuat kebisingan dengan berbagai cara, agar Kala memuntahkan matahari atau bulan yang dimakannya.
Apabila terjadi gerhana bulan, sebagian masyarakat di Jawa mempercayai akan terjadinya bencana atau bala’ bagi orang-orang yang tidak mau menghalaunya.
Baca Juga: Fenomena La Nina Segera Datang, BNPB Minta Masyarakat Waspadai Bencana Banjir dan Longsor
Hal yang biasa dilakukan ialah, bila sedang musim tanam, maka mereka akan ke sawah.
Atau ladang untuk membangunkan tanaman-tanaman tersebut agar tidak menjadi korban keganasan makhluk yang tengah memakan bulan.
Bagi mereka yang berternak, maka akan segera ke tempat peternakan dan membangunkan hewan-hewan ternak tersebut, agar selamat dari kejahatan gerhana.
Serta masih banyak hal yang dilakukan masyarakat ketika terjadi gerhana bulan ini.***