Kisah Kelam Dibalik Pembangunan Infrastruktur Piala Dunia 2022, 1200 Buruh Meninggal dengan Gaji Ditangguhkan

- 9 November 2022, 15:53 WIB
Kisah Kelam Dibalik Pembangunan Infrastruktur Piala Dunia 2022, 1200 Buruh Meninggal dengan Gaji Ditangguhkan
Kisah Kelam Dibalik Pembangunan Infrastruktur Piala Dunia 2022, 1200 Buruh Meninggal dengan Gaji Ditangguhkan /AFC.com
ISU BOGOR - Sejak ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, Qatar telah memulai proyek pembangunan infrastruktur raksasa. Demi menyambut penonton dan penggemar yang akan datang dari seluruh penjuru dunia.

Dibalik kemegahan yang ditawarkan Qatar untuk Piala Dunia beberapa minggu lagi, terdapat isu yang beredar terkait kematian ribuan buruh tersembunyi dibalik layar.

The Washington Post mencatat, 1200 buruh telah meninggal dalam proses pembangunan infrastruktur Piala Dunia sejak Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah pada tahun 2010 silam.

Baca Juga: Daftar Skuad Denmark untuk Piala Dunia Qatar 2022, Eriksen is Back!

"Selama bertahun-tahun, Qatar mengatakan kepada dunia untuk mengharapkan yang luar biasa, dan melihat ke seluruh negeri sekarang, kita dapat melihat bahwa Qatar telah memberikan yang luar biasa," ujar Gianni Infantino, dalam rekaman pidato yang diputar dalam konferensi pers di Doha, dikutip dari The Washington Post pada Rabu, 9 November 2022.

Pernyataan Gianni menjawab kekhawatiran global, tentang Qatar yang merupakan negara terkecil yang pernah menggelar turnamen, akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Selama 12 tahun ini, Qatar telah menbangun hotel, jalan, stadion, dan pembangunan lainnya dengan melibatkan 90% dari seluruh pekerja yang ada, merupakan buruh tenaga migran yang berasal dari luar negeri.

Baca Juga: Jadwal Piala Dunia Qatar 2022, Lengkap Dengan Link Live Streamingnya

"Dengan pekerja migran yang merupakan lebih dari 90% tenaga kerja negara itu, jelas bahwa beban pelaksanaan proyek-proyek ini akan sangat dipikul oleh semua orang yang melakukan perjalanan ke Qatar dengan harapan mendapatkan penghidupan yang lebih baik," dikutip dari Amnesty Internasional.

Amnesty Internasional memaparkan pelecehan dan eksploitasi tenaga kerja di Qatar mencakup tiga hal. Pertama, terkait gaji dan tunjangan yang tidak dibayarkan, serta upah yang dibayar terlalu rendah dari selayaknya.

Dijelaskan bahwa pencurian upah adalah salah satu pelanggaran paling umum yang dihadapi oleh pekerja imigran di Qatar.

Baca Juga: Daftar Skuad Australia untuk Piala Dunia Qatar 2022, Socceroos Satu Grup dengan Sang Juara Bertahan

Kedua, kematian pekerja imigran dengan penyebab yang belum bisa dipastikan. Amnesty Internasional mencatat, sejak tahun 2010, terdapat ribuan pekerja imigran di Qatar meninggal secara mendadak tanpa diketahui penyebabnya.

Para buruh yang meninggal telah melewati serangkaian test kesehatan sebelum datang ke Qatar. Dan kematian dini yang misterius itu terbukti masih ada hubungannya dengan kondisi kerja yang tidak aman.

Sayangnya, pihak yang berwenang di Qatar tidak menemukan hal tersebut, sehingga penyebab kematian ribuan buruh imigran menjadi gelap.

Baca Juga: Daftar 26 Pemain Costa Rika di Piala Dunia Qatar 2022, Los Ticos Konsisten Lolos di Tiga Edisi

Selain dua poin yang tadi, pekerja imigran di Qatar dipaksa bekerja dengan jam kerja yang panjang. Tidak ada hari libur, atau gaji akan dipotong.

Setiap harinya, para buruh bekerja selama 12 jam. Selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mereka bekerja tanpa hari libur.

"Kami bekerja Januari hingga Januari, Minggu hingga Minggu. Tidak ada hari libur. Jika anda tidak hadir, mereka akan memotong gaji dua hari atau lebih," ujar Godfrey (nama samaran) seorang pekerja imigran dari Uganda, dikutip dari Amnesty Internasional.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah