"Bahkan jauh sebelumnya, nah apakah ini kemudian akan dianut selama-lamanya ya, ini kembali ke kepercayaan orang, tetapi kalau bertanya kepada saya sendiri, saya sih bukan tipikal orang yang percaya dengan hal seperti itu," ungkapp Denny Darko.
Lebih lanjut, Denny Darko mengatakan ajaran seperti itu malah tidak berlaku bagi kalangan bangsawan atau priyai.
"Bangsawan, keturunan raja, ini boleh nikah, tapi orang awam nggak boleh. Jadikan, jadi nggak masuk akal kan disini, tapi memang kalau dulu orang percaya kalau keturunan bangsawan memang memiliki satu nasib, satu tahta yang berbeda dibandingkan orang-orang kebanyakan seperti kita ini," ungkap Denny Darko.
Hal inilah, kata Denny Darko pantangan nikah di bulan suro sebagai sebuah taktik atau gimick dari penguasa agar tidak disamakan dengan rakyatnya.
"Mereka boleh ngadain pesta, rakyatnya nggak boleh, akhirnya dihembuskan melalui ajaran-ajaran yang memang dipercaya oleh masyarakat akan seperti itu tadi," ungkap Denny Darko.
Tak hanya itu, pantangan di bulan suro itu kata Denny Darko ada tentang larangan berpergian jauh, termasuk membangun rumah dan usaha.
"Ini diharapkan tak dilakukan dulu di bulan ini. Ini adalah suatu hal, priyai boleh. Jadikan jadi nggak masuk akal di zaman di mana semua ini serba ada kesetaraan," ungkap Denny Darko.***