ISU BOGOR - Pembahasan tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) tengah mencapai puncaknya pada hari ini, Kamis 30 September 2021.
Pasalnya, masyarakat Indonesia sedang memperingati sejarah kelam Gerakan 30 September (G30S) PKI atau Gestapu.
Hal serupa juga nampak dalam cuitan akun Twitter ustadz Hilmi Firdausi. Ia menyinggung soal pihak yang 'gerah' saat membahas soal PKI.
Baca Juga: G30S PKI Trending, Soeharto dan Soekarno Tuai Perdebatan Lagi Soal Dalang di Balik Gestapu
Untuk itu, Hilmi Firdausi membandingkan kasus tersebut dengan pembahasan sejarah penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
Hilmi menilai, jika publik membicarakan penjajahan Jepang dan Belanda, tidak ada seorang pun yang 'panas'.
Itu artinya, kata dia, penjajahan Belanda dan Jepang sudah tidak ada.
Baca Juga: G30S PKI Trending, Netizen Kompak Mengutuk Keras Kekejaman Komunis di Masa Lalu
Tapi mengapa, lanjut Hilmi, ketika timbul pembahasan PKI, ada pihak yang 'gerah', padahal orang-orang komunis itu sudah tak ada di Indonesia.
"Ktka ada yg membahas penjajahan Belanda ga ada yg panas, artinya penjajahan Belanda sdh tdk ada. Demikian jg ktk brbcr ttg penjajahan Jpg, aman2 aja krn Penjajahan Jpg jg sudah tidak ada," ujar Hilmi dikutip Isu Bogor dari cuitan akun Twitter-nya, Kamis, 30 September 2021.
"Tp anehnya kttk berbicara ttg pemberontakan PKI kok ada yg gerah? Pdhl kan katanya PKI sdh ga ada," sambungnya.
Baca Juga: 7 Ucapan Peringati G30S PKI, Cocok Dibagikan di Media Sosial Mengingat Sejarah Hari Ini
Cuitan ustadz tersebut seketika ramai ditanggapi oleh sejumlah netizen dengan komentar mereka yang beragam.
Banyak yang terpancing menaruh curiga akan PKI atau paham komunisme masih melekat di Tanah Air.
"Krn ada anak cucunya yg trs berkembang biak dg membawa dendam kesumat," ujar netizen akun Oom Ewok.
Baca Juga: Jadwal Tayang dan Link Live Streaming Film G30S PKI Hari Ini di TV One
"Kalo kita bahas pki mrk ngamuk. Kalo mrk dikatain pki ngamuk jg. La trs aku hrs gmn jal..," sambung akun Lutfie.
"Tersinggung tanda iya kan pak ustadz?" imbuh akun Sri M Rasyid.***