ISU BOGOR - Penggiat sosial media Eko Kuntadhi belum lama ini mengkritik film animasi Nussa yang kabarnya akan tayang di Korea Selatan dalam Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2021.
Eko menilai bahwasanya film Nussa kurang layak untuk tayang di Korea Selatan karena memiliki unsur kampanye budaya Taliban dan radikalisme, sehingga akan membuat wajah anak-anak Indonesia buruk di mata dunia.
"Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganishtan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira bahwa Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yang merusak!" tulis Eko dikutip Isu Bogor dari cuitan akun Twitternya @eko_kuntadhi.
Tak hanya berhenti disitu, cuitan Eko yang memprotes film Nussa ini terus berlanjut hingga menimbulkan pro dan kontra antar warganet pengguna Twitter.
Angga Sasongko, produser film Nussa dari Visinema Pictures, sempat memberi komentar menohok kepada Eko melalui akun Twitternya @anggasasongko.
"Ah elo ayam sayur, Eko. Diajak nonton dan diskusi langsung sama gue, enggak nongol hidung lo. Mengkonfirmasi untuk tidak datang. Ayam sayur kayak lo cuma berani sembunyi di balik jempol. Enggak cukup punya nyali dan intelektualitas buat berdebat," ungkap Angga.
Opini pro dan kontra terkait isu ini pun semakin tak terbendung, hingga Annisa Pohan, istri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut memberikan tanggapannya lewat cuitan akun Twitter-nya @AnnisaPohan.
"Kenapa ya buzzer-2 itu islamophobia padahal dirinya juga islam," tulis Annisa pada Selasa, 22 Juni 2021.
"Film animasi berprestasi utk anak-2 bernuansa islam dengan nilai-2 positif aja jadi masalah utk mereka. Hidupnya penuh kecurigaan tak berasalan. Sangat negatif. Indonesia bangkit yuk! Jauhkan diri dari racun-racun buzzers," sambungnya.
Cuitan Annisa tersebut langsung mendapat banyak retweet dan komentar, termasuk dari anggota DPR Fadli Zon melalui akunnya @fadlizon.
"Islamophobia itu sejenis penyakit hati dan otak, org2 yang terjangkit harus diobati," tulis Fadli.***