Peringatan Reformasi 1998, Para Aktvis Ini Sebut Sudah Tak Layak Lagi Dipertahankan

- 21 Mei 2021, 18:31 WIB
Diskusi daring Memperingati Reformasi 1998 'Perobohan KPK, Cengkeraman Oligarki dan Masa Depan', Jumat 21 Mei 2021.
Diskusi daring Memperingati Reformasi 1998 'Perobohan KPK, Cengkeraman Oligarki dan Masa Depan', Jumat 21 Mei 2021. /Tangkapan layar YouTube Sahabat ICW

ISU BOGOR - Aktivis Sosial Purple Code Collective, Dhyta Caturani, menyatakan jika melihat kondisi bangsa saat ini reformasi sudah tak layak lagi dipertahankan.

"Kalau kita refleksi reformasi apakah masih perlu atau tidak atau harus dipertahankan. Sebab, dengan adanya pembentukan KPK, Komnas Perempuan dan lain sebagainya tetapi kemudian digerogoti dan keropos, apakah reformasi layak dipertahankan, saya rasa tidak," ungkap Dhyta dalam Diskusi daring Memperingati Reformasi 1998 'Perobohan KPK, Cengkeraman Oligarki dan Masa Depan', Jumat 21 Mei 2021.

Menurut Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) yang juga pelaku sejarah reformasi 1998 ini, generasi saat ini tidak perlu lagi terikat oleh beban reformasi, sebab situasi dan kondisnya sangat busuk.

Baca Juga: 3 Alasan Ini yang Bisa Membuat Jokowi Kehilangan Kekuasaan, Mirip Soeharto Tahun 1998?

"Buatku reformasi tidak untuk dipertahankan, orang-orang muda saat ini harus lepas dari ikatan beban buruk reformasi," ungkapnya.

Menurutnya, dengan pernyataan seperti itu bukan berarti dirinya lepas dari tanggungjawab.

"Ini bukan aku mau bilang bukan tugas kalian yang muda, tapi kalian jadi gerbongnya untuk reformulasi dan tidak perlu jadi beban. Sebab bagiku reformasi itu busuk," ungkapnya.

Sementara itu, Aktivis yang juga Redaktur Islam Bergerak, Roy Murtadho, mengamini apa yang diungkapkan Dhyta. Menurutnya, apa yang disampaikan Dhyta adalah pengakuan jujur dan objektif, bahwa reformasi sejak awal ada pembusukan.

Baca Juga: Setelah 1998, Akhirnya Ekonomi Indonesia Terjelebab Resesi

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah