Ia menerangkan, berdiplomasi dan bernegosiasi untuk mencapai sebuah perdamaian.
"Kita semua, bahkan masyarakat Papua belajar bagaimana dari kasus Timor Timur dan juga bahkan kasus dari Reformasi, dimana emosi yang kemudian dihembuskan oleh kepentingan-kepentingan politik pada akhirnya ingin menjerumuskan," ungkapnya.
Ia melanjutkan, saat ini yang terjadi hanya lobi-lobi yang terkait dengan kekuasaan, jabatan, dan posisi.
"Ya hembusan bisa dari dalam, bisa juga dari luar, dan lobi-lobi hanya sekitar posisi, jabatan, kekuasaan, itu bukan politik yang sesungguhnya. Itu hanya politik praktis," tuturnya.
"Politik bukan hanya sekedar soal aktivis, sekedar partai, sekedar pemerintahan, politik adalah sola kehidupan bagaimana kita mencapai tujuan dalam hidup," sambungnya.
Baca Juga: BLT Subsidi Gaji BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Tahap 6 Masih Dinanti, Segera Lapor Lewat Cara Ini
Baca Juga: Mengejutkan, Mardigu Wowiek Buktikan Plasma Darah Bisa Gantikan Vaksin Corona
Ia lantas menilai kehebatan seorang Habib Rizieq dalam hal kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasinya.
Selain itu ia juga memuji Habib Rizieq yang bisa membesarkan organisasi Front Pembela Islam (FPI) yang sudah besar hingga sekarang ini.