Antisipasi Banjir di Masa Pandemi Covid-19, LIPI: Banjir Akan Memperburuk Kondisi Masyarakat

8 September 2020, 23:14 WIB
Ilustrasi banjir air pasang atau rob kemungkinan akan terjadi di pesisir selatan Jawa Barat-Yogyakarta. /j_lloa/Pixabay/j_lloa

ISU BOGOR - Air hujan pada dasarnya bukan sumber bencana tetapi merupakan berkah musiman. Namun akan menjadi masalah ketika limpahan air hujan tersebut mengakibatkan bencana banjir dan berdampak pada sektor-sektor kehidupan masyarakat seperti sector ekonomi, sosial, maupun kesehatan.

Dampak bencana banjir yang besar ini membuat banjir perlu mendapat perhatian serius baik dari segi kesiapsiagaan, mitigasi, maupun pengelolaan bencana. 

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan banjir merupakan salah satu bencana rutin yang selalu melanda berbagai daerah di tanah air.

Baca Juga: UPDATE: Kasus Positif Corona di Kabupaten Bogor Tembus 1.012 Orang

"Dampak dari bencana banjir sangat berat bagi masyarakat yang terkena. Terlebih di era pandemi ini, banjir akan memperburuk kondisi masyarakat terdampak," katanya dalam keterangan pers tertulis yang diterima Isu Bogor, Selasa 8 September 2020.

Menurutnya, banjir akan menurunkan kemampuan masyarakat mematuhi protokol kesehatan untuk pencegahan penularan virus SARS-CoV-2.

“Untuk itu LIPI berupaya mengembangkan protokol dan mitigasi baru bencana banjir di tengah pandemi COVID-19,” imbuh Handoko. 

Baca Juga: Ini Penyebab Film Mulan Diboikot di Tiga Negara

Direktur Eksekutif APCE – UNESCO C2C, Prof. Dr. Ignasius Dwi Atmana Sutapa, MSc. menjelaskan, beberapa faktor utama yang dapat menjadi penyebab terjadinya banjir adalah: curah hujan yang tinggi akibat perubahan iklim, berkurangnya daerah tangkapan air, perubahan tata guna lahan, saluran air atau drainase tidak memadai serta perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan.

“Berbagai kendala yang dihadapi untuk menangani permasalahan bencana banjir diantaranya: kebijakan desentralisasi, pengelolaan sumber daya yang tidak optimal serta tumpang tindih kewenangan antar sektor dan tingkatan,” ungkap Ignas," 

"Dirinya menjelaskan rendahnya koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam upaya menangani permasalahan banjir juga menjadi penyebab sulitnya mengatasi problem tersebut," ungkapnya.

Baca Juga: Diperingatkan Jemput Paksa, Penemu Obat Corona Hadi Pranoto Dipastikan Datang ke Polda Metro Jaya

Menurutnya, Pandemi Covid-19 menambah tantangan dalam pengelolaan banjir. Pada situasi tanpa bencana banjir saja, hingga tanggal 3 September 2020 jumlah terkonfirmasi positif di Indonesia mencapai 184.268 orang. Jumlah yang meninggal dunia 7.750 dan yang sembuh 132.055.

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum dapat memprediksikan kapan pandemi ini akan berakhir. Dirinya menerangkan, tantangan terbesar dari pandemi COVID-19 dalam situasi banjir terkait penerapan jarak fisik (physical distancing) yang akan lebih sulit dilakukan dan kekurangan air bersih pada situasi banjir," ungkapnya.

Di sisi lain, dampak COVID-19 dari sisi perekonomian masih belum selesai, akan diperparah dengan situasi banjir yang akan mengganggu jalannya kegiatan perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Innalillahi, Kota Bogor Kembali Melaporkan 2 Meninggal dan 22 Kasus Baru Positif Corona Dalam Sehari

“Upaya komprehensif harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun pemangku kepentingan yang lain, dalam rangka meningkatkan awareness, kemampuan, dan kesiapsiagaan untuk antisipasi dan mitigasi terhadap bencana banjir di Indonesia di masa pandemi COVID-19,” tegas Ignas.

“Peran lembaga penelitian/riset dan inovasi menjadi sangat penting untuk memberikan rekomendasi dan solusi terhadap permasalahan kebencanaan banjir maupun pandemic COVID-19 di Indonesia,” tandasnya.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler