BMKG Ingatkan Pentingnya Kearifan Lokal Sebagai Sistem Peringatan Dini Bencana

5 Maret 2021, 18:20 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati /Instagram.com/@dwikoritakarnawati

ISU BOGOR - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan tentang pentingnya kearifan lokal atau local wisdom sebagai salah satu bagian dari sistem informasi peringatan dini potensi bencana.

Menurutnya, BMKG siap merawat dan ikut meningkatkan kearifan lokal sebagai sistem peringatan dini di tiap-tiap daerah.

Upaya mitigasi bencana dan implementasi dari sistem peringatan dini tidak bisa hanya dengan mengandalkan infrastruktur dan sarana prasarana yang dibangun dengan teknologi modern.

“Perlu perkuatan tentang local wisdom,” jelas Dwikorita Karnawati, Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jumat 5 Maret 2021.

Baca Juga: Gempa 5,8 Magnitudo Guncang Mentawai Sumbar, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Dwikorita mencontohkan masyarakat Simeulue di Aceh yang sudah memiliki kearifan lokal mengenai ‘smong’ atau tsunami dalam bahasa daerah setempat.

Cerita dan informasi yang disampaikan secara turun-temurun melalui ’tutur’ oleh masyarakat Simeulue itu kemudian menjadi sistem peringatan dini yang baik bagi masyarakatnya, sehingga banyak yang selamat dari peristiwa Tsunami Aceh 2004 silam.

Selanjutnya, selain lebih mudah diterima dan dipahami masyarakat, sistem informasi peringatan dini menggunakan kearifan lokal tersebut juga diyakini dapat mendorong masyarakat menjadi mandiri.

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah, Salah Satunya Bogor

“Yang ada di Aceh dan beberapa wilayah di Indonesia. Ketika (masyarakat) merasakan goyangan gempabumi saat berada di pantai sampai 10 - 20 hitungan, (mereka) terus saja lari ke tempat yang lebih tinggi. Tidak perlu lagi menunggu sirine dari BPBD,” terang Dwikorita.

Menyilam pada peristiwa Gempabumi dan Tsunami Palu 2018 yang menelan korban sebanyak 2.045 jiwa, bahwa kemunculan gelombang tsunami hanya berselang kurang lebih dua menit setelah adanya guncangan gempa.

Pada saat itu menurut Dwikorita, sistem peringatan dini yang dimiliki BMKG baru mengeluarkan tanda bahaya pada menit keempat.

Baca Juga: Info Prakiraan Cuaca BMKG Kota Bogor Besok, Kamis 4 Maret 2021

Menurutnya, korban jiwa seharusnya dapat ditekan apabila masyarakatnya memiliki pengetahuan dan pemahaman dari kearifan lokal yang kemudian menjadi budaya dan diimplementasikan kepada upaya mitigasi bencana.

"Melihat dari fenomena tersebut, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa sistem peringatan dini berbasis tekonologi modern belum cukup membantu masyarakat dalam mitigasi bencana," katanya.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: BNPB

Tags

Terkini

Terpopuler