Dalil Ramalan Wabah Covid-19 Akan Hilang Bukan untuk Manusia Tapi Buah dan Ternak, Ini Penjelasannya

- 19 Agustus 2020, 00:00 WIB
Ilustrasi Masjid*/Pixabay.com
Ilustrasi Masjid*/Pixabay.com /

ISU BOGOR - Akhir April lalu marak informasi beredar soal tanda-tanda segera berakhirnya wabah global (pandemi) Covid-19, dengan landasan dalil yang dhaif atau lemah dari sanad atau sandarannya. Kemudian, sepekan terakhir kabar terkait hal serupa juga kembali mencuat di sejumlah media sosial.

Untuk mencerahkan dan tidak membingungkan awam hingga akhirnya menjadi informasi yang menyesatkan, berikut IsuBogor.com kutip dari laman alif.id tempat ikhtiarnya para intelektual muslim Indonesia yang memiliki visi berkeislaman dan kebudayaan.

Dosen Univesitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta, Dr Moch Nur Ichwan, salah satu penulis kolomnya sempat mengulas terkait kontroversi penggunaan dalil dalam meramal akhir pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga: Berikut Bacaan Doa, Tata Cara dan Latar Belakang Tahun Baru Islam

Berikut penjelasan lengkapnya sebagaimana dilansir alif.id sambil menceritakan awal mula merespon kabar yang berpotensi menyesatkan kaum awam di tengah pandemi ini:

Seseorang membagikan sebuah video di WAG yang saya ikuti di kampung. Dalan video itu tampak seseorang lelaki muda memakai jubah hitam, seperti jubah khas Saudi, dengan kopiah putih. Latar belakangnya perpustakaan yang penuh dengan kitab berjilid-jilid. Semua itu mendukung sekali ceramah singkatnya yang berjudul “Corona Berakhir Menurut Hadits”.

Di sebelah kiri bagian bawah, ada info IG dan FB dia, dan nama sebuah yayasan. Tapi semua itu tidak perlu disebutkan di sini. Saya tidak tahu seberapa banyak video itu di-share dan ditonton. Tetapi, sebagaimana video lain, hampir dapat dipastikan ada yang mempercayainya, lalu dalam sekejap menjadi bagian obrolan.

Baca Juga: Riuh, Film Jejak Khilafah di Nusantara Akan Ditayangkan 1 Muharam 1442 H, Kamis 20 Agustus 2020

Saya tertarik menanggapi video ini, karena kontennya menurut saya menyesatkan, terutama secara historis dan ilmiah. Kesalahan historis dan ilmiah ini membuat pemahaman tentang hadis tersebut, dan pemahaman masyarakat tentang wabah yang sedang melanda jadi kacau. Dengan demikian pemahaman keagamaannya juga kacau dan mengacaukan, jika tidak sesat menyesatkan, dlaalun mudlillun.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x