Ini Naskah Khutbah Idul Adha 1441 Hijriyah, Kurban dan Solidaritas Ditengah Pandemi

- 30 Juli 2020, 20:17 WIB
Khutbah Idul Adha 1441 Hijriah. foto : istimewa
Khutbah Idul Adha 1441 Hijriah. foto : istimewa /

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،ـ

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah id pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Hari raya sejatinya adalah hari yang dirayakan setelah seorang hamba melakukan berbagai ketaatan dan penghambaan kepada Allah ta’ala. Idul Fitri sejatinya adalah bagi mereka yang telah sungguh-sungguh melaksanakan ibadah puasa dan berbagai ibadah di bulan Ramadhan. Dan Idul Adha sejatinya adalah bagi mereka yang telah menjalankan rukun haji yang paling utama, yaitu wukuf di Arafah, atau bagi mereka yang telah sungguh-sungguh melakukan ketaatan dan ibadah pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ikut Andil dalam Pemulangan Buronan Koruptor Djoko Tjandra

Merekalah yang sejatinya berhari raya. Sedangkan orang-orang yang tidak mendahului dua hari raya dengan berbagai ketaatan dan ibadah, lalu apa yang mereka rayakan?

Hadirin jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Hari raya sejatinya bukanlah hari kegembiraan bagi sebagian orang. Pada hari raya, semestinya yang berbahagia bukanlah orang-orang tertentu. Seharusnya kita semua bergembira. Seharusnya kita semua berbahagia. Karena hari raya sejatinya adalah hari raya seluruh umat. Hari raya adalah kegembiraan umat Islam di seluruh dunia. Hari raya adalah kegembiraan bersama.

Zakat fitrah yang mengiringi Idul Fitri dan kurban yang mengiringi Idul Adha adalah bukti bahwa Islam menggariskan agar hari raya melahirkan kegembiraan bersama. Orang yang mampu berzakat fitrah, maka ia berikan zakatnya kepada orang-orang yang fakir dan miskin. Orang yang mampu berkurban, maka ia bagikan daging hewan kurban kepada orang-orang yang tidak mampu, yang sebagian dari mereka mungkin hanya merasakan daging setahun sekali. Dengan itu, kegembiraan akan merata. Kegembiraan akan dirasakan oleh sebanyak-banyaknya umat Islam.
Dari titik ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa memenuhi kebutuhan orang-orang yang membutuhkan dan menggembirakan mereka dengan zakat dan daging kurban adalah sesuatu yang semestinya selalu mengiringi setiap momen hari raya. Hakikat hari raya adalah kegembiraan bersama, kasih sayang, empati dan berbagi kepada sesama.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Portal Jember


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah