ISU BOGOR - Berhutang saat ini sudah mendarah daging ke banyak keluarga. Kini berutang bukan lagi karena butuh, melainkan menjadi kebiasan.
Bahkan, ada juga yang berhutang untuk membayar utang lagi atau istilahnya dikenal 'gali lubang dan tutup lubang'.
Dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University, Lilik Noor Yuliati mengatakan, kegiatan berhutang memberikan dampak, seperti dampak psikologis dari ketidakmampuan membayar.
Selain itu, proses penagihan hutang sering dilakukan secara intimidatif sehingga mengakibatkan trauma, stres, depresi, gelisah, tidak fokus bekerja, kehilangan percaya diri, dan lebih parahnya lagi bunuh diri.
Berutang juga berdampak terhadap alokasi rumah tangga untuk kebutuhan pokok, kesehatan, dan pendidikan.
"Karena utang belum terbayarkan, akhirnya pengutang memutuskan untuk mengambil utang baru lewat penyedia jasa lain, baik legal maupun ilegal untuk membayar utang sebelumnya dan menjual atau menggadaikan aset," kata Lilik seperti dikutip Isu Bogor dari laman IPB, Minggu 6 Juni 2021.
Baca Juga: Dilema Garuda Indonesia: Diselamatkan Tambah Hutang, Dibiarkan Bakal Bangkrut
Berutang juga memberikan dampak pada sosial, seperti cyber bullying, diintimidasi, menyebar data dan foto informan disertai kata yang mendiskreditkan.