ISU BOGOR - Gerhana Bulan Penumbra diprediksi akan muncul pada Senin, 30 November 2020. Kabarnya, fenomena ini jarang terjadi.
Saat Gerhana Bulan berlangsung, umat Islam disyariatkan untuk salat gerhana bulan atau khusuf.
Berdasarkan catatan LAPAN, Gerhana Bulan Penumbra Parsial akan terjadi selama 4 jam 25 menit 52 detik, tepatnya mulai pukul 14:29:56 WIB hingga pukul 18:55:48 WIB.
Sedangkan, puncak Gerhana Bulan Penumbra akan terjadi pada pukul 16:42:49 WIB. Gerhana Bulan Peumbra kali ini termasuk dalam Seri Saros 116 Gerhana ke-58.
Baca Juga: Fenomena Gerhana Penumbra Bakal Terjadi pada Akhir November 2020
Baca Juga: Mitos Gerhana Penumbra Menurut Orang Jawa, Antara Fenomena dan Bencana
Gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika terjadi gerhana bulan atau matahari, Islam mensyariatkan salat gerhana.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 37)
Syaikh Wahbah az Zuhaili menjelaskan, yakni melaksanakan salat ketika terjadi gerhana.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mengenai gerhana dan shalat gerhana:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)
Dari ayat dan hadits tersebut serta hadits lainnya, para ulama menjelaskan bahwa shalat gerhana hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.
Niat Shalat Gerhana Bulan
Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.
Baca Juga: Fenomena Sungai Pink di India Indah Tapi Merusak, Berikut Penjelasan Ahli Biologi
Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika menjadi makmum, lafadz niat shalat gerhana bulan sebagai berikut:
niat shalat gerhana bulan
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta’ala”
Jika menjadi imam, lafadz niat shalat gerhana bulan sebagai berikut:
niat shalat gerhana bulan sebagai imam
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta’ala”
Jika sendirian, lafadz niat shalat gerhana bulan sebagai berikut:
niat shalat gerhana bulan sendirian
Lafadz niat shalat gerhana bulan sendirian
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْخُسُوْفِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal khusuufi rok’ataini lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Baca Juga: Viral Fenomena Awan Lenticular Mirip Semar Muncul di Tengah Siaga Merapi, Netizen: Mbah Maridjan
Tata Cara Shalat Gerhana Bulan
Shalat gerhana bulan boleh dilakukan sendiri-sendiri, boleh pula dilakukan secara berjama’ah, dengan khutbah atau tanpa khutbah.
Namun, berjamaah di Masjid yang ditempati shalat Jumat lebih utama karena dulu Rasulullah mengerjakannya secara berjamaah di Masjid.
Imam mengeraskan bacaannya (surat Al Fatihah dan surat lainnya) dan ada khutbah setelah shalat gerhana.
Shalat gerhana bulan dikerjakan dua rakaat, dalam setiap rakaat dua kali ruku’. Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan:
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- جَهَرَ فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengeraskan bacaannya saat shalat gerhana bulan, beliau shalat empat kali ruku’ dan empat kali sujud. (HR. Bukhari)
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, sebelum shalat gerhana dimulai, hendaklah muadzin mengumandangkan lafadz “ash shalaatu jaami’ah.”
Baca Juga: Fenomena Langit 7 November, Asteroid 2020 TY1 Berdiameter 105 Meter Bakal Menghantam Bumi?
Secara ringkas, berikut ini tata cara shalat gerhana bulan:
1. Niat
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya
Disunnahkan surat yang panjang dan dibaca jahr (keras) oleh imam.
4. Ruku’
Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
5. Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya.
Disunnahkan lebih pendek daripada sebelumnya.
6. Ruku’ lagi
Disunnahkan waktunya lebih pendek dari ruku’ pertama.
7. I’tidal
8. Sujud
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua
11. Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya
Disunnahkan surat yang panjang.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Masjid Istiqlal Tidak Gelar Salat Idul Adha
12. Ruku’
Disunnahkan waktu ruku’ lama, seperti waktu berdiri.
13. Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya.
Disunnahkan lebih pendek daripada sebelumnya.
14. Ruku’ lagi.
Disunnahkan waktu ruku’ lebih pendek dari ruku’ pertama.
15. I’tidal
16. Sujud
17. Duduk di antara dua sujud
18. Sujud kedua
19. Duduk Tahiyah akhir
20. Salam
Setelah selesai shalat gerhana, khatib memberikan khutbah.
Disunnahkan ada khutbah setelah shalat gerhana berjamaah. Isi khutbah Rasulullah adalah memuji Allah dengan puji-pujian kepadaNya, lalu beliau bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Salat Jumat Berjamaah, Ledakan di Masjid Bangladesh Tewaskan 20 Orang dan 17 Kritis
Dalam hadits yang lain beliau bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah karena kematian atau kehidupan seeorang. Maka jika engkau melihatnya, ingatlah dan berzikirlah kepada Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dalam khutbah shalat gerhana hendaknya disampaikan kepada jamaah tentang taubat dari segala dosa, berbuat kebaikan seperti sedekah, berdoa dan beristighfar.***