Kisah Nyata Pendaki Gunung yang Tersesat 7 Hari di Gunung Argopuro, Bertemu 2 Pria Kuno Tanpa Alas Kaki

5 November 2022, 21:58 WIB
Kisah Pendaki Gunung yang Tersesat 7 Hari di Gunung Argopuro, Bertemu 2 Pria Kuno Tanpa Alas Kaki /YouTube Sumardi Adiwijaya

ISU BOGOR - Kisah nyata pendaki gunung yang tersesat selama tujuh hari di Gunung Argopuro menarik untuk diulas. Hal itu diceritakan Prima, pendaki asal Jakarta.

Ia mengalami tersesat di Gunung Argopuro pada 2019 selama tujuh hari.

"Target lima hari empat malam, jadi tujuh hari enam malam," kata Prima di Channel YouTube Sumar Adiwijaya yang dikutip, Sabtu 5 November 2022.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung Salak : Mendaki Secara Ghaib Bertemu Kakek yang Makamnya di Puncak Manik

Perjalanannya dimulai saat Prima iseng bersama sahabatnya dari Surabaya yang bertemu di Gunung Raung.

"Gua coba calling lewat WhatsApp, tahun 2018, mengajak Tahun baru 2019 ke Argopuro," kata Prima.

Setelah sekian lama, terbentuklah tim dan terseleksi hingga terkumpul enam orang.

Baca Juga: Kisah Mistis Pendaki Gunung Semeru, Lihat Sosok Hitam dan Tidak Ada Mukanya: Saya Sakit Gak Bisa Tidur

"Gua, Aan, sahabat-sahabatnya Aan, Dimas, Ai, Fajrin, sama si Koji," ungkap Prima.

Prima, pendaki gunung asal Jakarta ini mengaku hanya sendiri dari terminal Poris berangkat ke Surabaya, Jawa Timur.

"Gua dijemput sama Aan, kita rehat pagi hari di rumahnya di Surabaya, si Dimas datang, packing kenalan, karena cuma kenal sama Aan," katanya.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung yang Hilang, Gibran Didorong Jin saat Dengar Adzan: Langsung Pingsan

Singkat cerita, sampai di basecamp Prima dan teman-temannya bergegas naik ojek ke pintu rimba.

"Sampai ke makadam, karena masih proses adaptasi, pendakian dimulai dan berjalan seperti biasa," katanya.

"Kita naik sampai di camp pertama, sampai di pos mata air dua, di mata air dua nggak ada hal yang aneh," kata Prima.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung yang Hilang dan Selamat, Gibran Bertemu Pocong Terbang serta Kuyang: Ada Semua

Kemudian, keesokan harinya ada dua orang bapak-bapak yang berpakaian kuno.

"Kaya orang-orang sakti zaman dulu, pakai ikat kepala, yang satu rambutnya gondrong, yang satunya nggak," katanya.

"Pakaiannya putih, kayak suku baduy, cuman agak ke pakaian jawa gitu," ungkapnya.

Baca Juga: Kisah Pendaki Gunung yang Tersesat, Gibran Ditemani 2 Tuyul Gunung Guntur: Botak Pakai Pampers

Selanjutnya, Prima bersama rombongan memberikan beras ke dua orang itu, alasannya karena logistik yang dibawanya terlalu banyak.

"Nah gua kasih tuh ke dia mumpung lewat, dia (bapak-bapak) itu senang banget diterima berasnya," ungkap Prima.

"Tapi bapak-bapak yang satunya hanya diem ngeliatin dan senyum saja, terus dia jalan, nyeker, kayak bawa bekeul," ujarnya.

Selanjutnya, Prima bergerak ke Sabana kecil menuju Cikasur dan sampai pada sore hari.

"Saat itu hujan, disitu belum ada teror, cuma hanya teror nyata dari babi," tuturnya.

Kemudian, ia mengatakan bahwa kelompoknya mendirikan tiga tenda.

"Satu tenda buat carrier, dua lagi buat tidur, nah tenda yang isi logistik dan carrier ini saat bangun pagi sudah berantakan semua diacak-acak babi," ujarnya.

Selanjutnya, tim bergerak ke Cisentor, jam 11 siang sampai sore.

"Di Cisentor kita camp di pinggir kali, ada pondokan yang seram, tapi teman-teman nggak mau camp disitu," katanya.

"Disitu teror yang aneh mulai terjadi, nggak ada yang camp sama sekali disitu, cuman tim kita, cuman enam orang," tuturnya.

"Pas malam jam sembilan kita sudah pada tidur, kita tidur, malam harinya itu ada yang lewat, yang jelas itu bukan pendaki," bebernya.

Sebab, kata Prima, orang berjalan kaki mengeluarkan derap suara yang keras. Dan itu jumlahnya seperti bukan hanya satu orang.

"Derap suaranya itu gede banget, kalau manusia langkahnya segetar apa sih tanah, ini tuh bener kayak bruk.. bruk.. bruk.. itu jumlahnya nggak satu, ramai," katanya.

Melewatkan kali, terdengar langkahnya terhenti sebelum pondokan.

"Udah nggak ada suara lagi, kayak ngawasin kita gitu, gua pikir kan, gua doang yang ngeuh," katanya.

Semua teman-temannya mendengar, tapi tidak diceritakan saat itu juga.

"Ceritanya setelah selesai mendaki," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler