Najwa Shihab Ungkap Soal Kertas yang Bertuliskan 'Tolong Saya'

- 10 Oktober 2020, 15:13 WIB
Najwa Shihab
Najwa Shihab /Instagram @najwashihab

ISU BOGOR - Najwa Shihab presenter yang juga jurnalis senior mengungkap tentang fokus perhatian netizen terhadap kertas bertuliskan 'Tolong Saya' yang dipegangnya saat membawakan acara Mata Najwa, Sabtu 10 Oktober 2020.

Meski Nana begitu biasa disapa Najwa Shihab tak menjelaskan secara rinci apa maksud dari tulisan tersebut, melalui fitur instastory di akun instagramnya @najwashihab mengabarkan bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

"Banyak banget yang kirim pesan soal Mata Najwa episode mereka-reka Cipta Kerja Rabu lalu. Debat substansi sampai komentar mic mati. Terima kasih banyak teman-teman yang udah nonton. Dan ternyata ada juga yang sempat ramai, soal kertas dan coret2an yang saya bawa saat LIVE malam itu. Saya dapat banyak banget DM, mention-an di twitter juga kiriman di TikTok soal ini," tulis Najwa Shihab.

Baca Juga: Bintang Emon Sindir Anggota Dewan dan Pejabat Cuci Tangan, Menantu SBY: Ini Anaknya Siapa?

Di halaman instastory berikutnya, Najwa Shihab mengirim tangkapan layar kekhawatiran keselamatannya. Baik di platform sosial media Twitter, Instagram hingga Twitter.

"Terima kasih banyak perhatiannya adek-adek, Alhamdulillah I'am okay. I Hope semua juga sehat-sehat dan terus peduli sama isu-isu penting negeri ini. Terus belajar, terbuka berdiskusi dan berani ambil sikap," kata Najwa Shihab.

Permintaan Tolong Najwa Shihab
Permintaan Tolong Najwa Shihab Screenshoot Twitter @adeladwis1

Sekadar diketahui, beberapa hari terakhir ini Najwa Shihab memang sedang disorot karena lewat acara Mata Najwa nya, kerap berbicara lantang dalam hal kebijakan penanganan Covid-19 hingga Omnibus Law.

Baca Juga: Mardigu Wowiek si Bossman Sontoloyo Bongkar Fakta Omnibus Law Cipta Kerja Untungkan Oligarki

Bahkan,ia sempat dilaporkan ke polisi gegara mengangkat tema kursi kosong Menteri Kesehatan yang di undang tapi tidak hadir.

Di akun instagramnya, ia juga sempat menunggah tangkapan layar soal adanya laporan yang baru diketahui.

"Saya baru mengetahui soal pelaporan ini dari teman-teman media. Saya belum tahu persis apa dasar pelaporan termasuk pasal yang dituduhkan. Saya dengar pihak Polda Metro Jaya menolak laporan tersebut dan meminta pelapor membawa persoalan ini ke Dewan Pers," tulisnya di keterangan foto tangkapan layar itu.

Baca Juga: Info Jadwal Buka Tutup One Way Jalur Puncak Bogor, Sabtu dan Minggu di Bulan Oktober 2020

Menurutnya, jika memang ada keperluan pemeriksaan, tentu ia siap memberikan keterangan di institusi resmi yang mempunyai kewenangan untuk itu.

Permohonan mimta tolong Najwa Shihab.
Permohonan mimta tolong Najwa Shihab. Screenshoot Twitter @adeladwis1

"Tayangan kursi kosong diniatkan mengundang pejabat publik menjelaskan kebijakan-kebijakannya terkait penanganan pandemi," katanya.

Ia melanjutkan, di tulisan itu, penjelasan itu tidak harus di Mata Najwa, bisa di mana pun. Namun, kemunculan Menteri Kesehatan memang minim dari pers sejak pandemi kian meningkat, bukan hanya di Mata Najwa saja.

Baca Juga: Lantang, Fadli Zon: Pak Jokowi Semakin Banyak Gubernur yang Menolak Omnibus Law

"Dan dari waktu ke waktu, makin banyak pihak yang bertanya ihwal kehadiran dan proporsi Manteri Kesehatan dalam soal penanganan pandemi.
Faktor-faktor itulah yang mendorong saya membuat tayangan yang muncul di kanal Youtube dan media sosial Narasi," ujarnya.

Ia menyebut Media massa perlu menyediakan ruang untuk mendiskusikan dan mengawasi kebijakan-kebijakan publik.

Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber juga berasal dari publik, baik para ahli/lembaga yang sejak awal concern dengan penanganan pandemi maupun warga biasa.

Baca Juga: Pedagang Es Teh Viral 'Shock' Ditanya 'Lu TNI?' Saat Demo Omnibus Law, Warganet: Kayanya Beneran

"Itu semua adalah usaha memerankan fungsi media sesuai UU Pers yaitu “mengembangkan pendapat umum” dan “melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum”

"Sependek ingatan saya, treatment “kursi kosong” ini belum pernah dilakukan di Indonesia, tapi lazim di negara yang punya sejarah kemerdekaan pers cukup panjang," ungkapnya.

Bahkan, Najwa Shihab menyebutkan, di Amerika sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2012, di antaranya oleh Piers Morgan di CNN dan Lawrence O’Donnell di MSNBC’s dalam program Last Word.

Baca Juga: Dukung PJJ, Pemkab Bogor Segera Pasang 240 WiFi di 40 Kecamatan

"Pada 2019 lalu di Inggris, Andrew Neil, wartawan BBC, juga menghadirkan kursi kosong yang sedianya diisi Boris Johnson, calon Perdana Menteri Inggris, yang kerap menolak undangan BBC. Hal serupa juga dilakukan Kay Burley di Sky News ketika Ketua Partai Konservatif James Cleverly tidak hadir dalam acara yang dipandunya," pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah