CEK FAKTA : Ledakan di Beirut, Lebanon Diserang Bom Nuklir

- 6 Agustus 2020, 12:29 WIB
tangkapan layar facebook
tangkapan layar facebook /

ISU BOGOR – Tersiar melalui media sosial bahwasanya ledakan di Beirut, Lebanon pada Selasa 4 Agustus 2020 diakibatkan serangan nuklir. Berdasarkan penelusuran, ledakan akibat nuklir itu keliru atau salah.

4 agustus 2020 Lebanon saat diserang bom nuklir. Ngeri dan sedih, telah hancur lah negara jika sudah di keluarkan nuklir,” tulis Akun Info penting (fb.com/gmail.anang) dengan mentautkan video ledakan di Beirut, Lebanon.   

Faktanya, seperti dilansir turnback.id, ledakan yang terjadi di Beirut, Lebanon itu bukan karena bom nuklir. Pemerintah Lebanon meyakini biang keroknya adalah gudang di pelabuhan yang terbakar. Gudang itu menyimpan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut.

Baca Juga: CEK FAKTA: Beredar Gambar Ayah Asli Jokowi 'Komandan Underbow PKI 1965', Ini Faktanya

Perdana Menteri (PM) Lebanon, Hassan Diab, mengatakan ada sekitar 2.750 ton amonium nitrat tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut. Hassan menyebut pengiriman bahan pemicu ledakan itu tersimpan di gudang selama 6 tahun.

“Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa mengambil langkah-langkah pencegahan, Itu tidak bisa diterima dan kita tidak bisa diam tentang masalah ini.” kata Diab pada pertemuan dewan pertahanan, seperti dilansir kantor berita AFP.

Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Libanon, saat diwawancarai BBC, menyatakan sumber ledakan kemungkinan gudang yang beroperasi di pelabuhan sejak 2014.

Baca Juga: CEK FAKTA: Wakil Presiden Ma'ruf Amin Jadi Objek Manupulasi Foto, Siapa Aslinya?

“Ada laporan kalau pemicunya adalah bahan peledak yang pernah disita aparat hukum beberapa waktu lalu,” kata Mayjen Abbas Ibrahim.

Amonium nitrat adalah suatu senyawa kimia. Penggunaan amonium nitrat adalah sebagai komponen campuran peledak yang digunakan dalam konstruksi pertambangan, penggalian, dan konstruksi sipil.

Selain itu, Redaksi Motherboard menghubungi pakar nuklir untuk menguji teori konspirasi tersebut. Pakar punya pendapat yang tegas, ledakan di Beirut bukan efek dari bom nuklir. Tak ada tanda-tanda proses pelepasan radiasi sama sekali.

Baca Juga: Cek Fakta : Gegara Anies Ngaku Asli Jawa, Peta Yogya Pindah ke Yaman

“Jelas bukan nuklir. Ledakan di Beirut tak ada seujung kukunya dari efek bom nuklir kecil,” kata Jeffrey Lewis kepada Motherboard, selaku Direktur Middlebury Institute of International Studies yang rutin mengkaji proses pelucutan nuklir di berbagai negara.

“Selain itu, proses ledakan nuklir tidak diawali dengan asap membumbung seperti di Beirut, sebagaimana kita saksikan dari rekaman amatir di media sosial.”

Satu-satunya ‘bukti’ yang bisa mendukung keyakinan para penganut teori konspirasi adalah munculnya awan jamur. Namun, berkebalikan dengan pemahaman awam, bom nuklir dan hidrogen tidak selalu ditandai dengan awan jamur.

Baca Juga: CEK FAKTA : Jokowi Halal Dilengserkan, Sudah Dilabeli MUI

“Sebab, awan jamur juga bisa dihasilkan oleh ledakan akibat bahan kimia tertentu dalam jumlah besar,” kata David Dearborn, fisikawan di Yayasan Lawrence Livermore National Laboratory saat diwawancarai Scientific American pada 1999.

Ledakan kilang minyak di Texas pada 2008 juga menghasilkan awan jamur. Begitu pula kecelakaan di pabrik pupuk Texas 2013.

“Salah satu penanda awan jamur akibat bom nuklir adalah warnanya. Sementara yang warna ledakan awal Beirut adalah oranye, menandakan tidak cukup panas seperti nuklir yang biasanya sangat putih,” kata Alex Wellerstein, peneliti nuklir di the Stevens Institute, saat berkomentar di Twitter.***

Editor: Chris Dale

Sumber: Turn Back Hoax MAFINDO


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah