Jangan Asbun, BMKG Sebut Suara Dentuman Lantaran Inversi Suhu

- 6 Februari 2021, 21:41 WIB
Ilustrasi suara dentuman keras di Malang
Ilustrasi suara dentuman keras di Malang /geralt/ Pixabay

ISU BOGOR - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan penyebab suara dentuman misterius yang terjadi di sejumlah daerah dalam beberapa waktu belakangan adalah inversi suhu.

"Suara dentuman yang beberapa kali terjadi di berbagai daerah, yang selama ini menjadi misteri, biang penyebabnya adalah keberadaan lapisan inversi di atmosfer kita," ujar Daryono, Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, dalam pernyataan resmi Sabtu 6 Februari 2021.

Dia menjelaskan bahwa dalam ilmu meteorologi dikenal istilah inversi suhu. Inversi suhu merupakan lapisan udara dingin yang tertindih lapisan udara lebih hangat di atmosfer.

Udara hangat akan naik ke atas lapisan udara yang lebih dingin, kemudian menyebar dan meluas di atmosfer.

Baca Juga: UPDATE Corona di Bogor Raya Bertambah 285 orang Dalam Sehari, 6 Februari 2021

Lapisan udara hangat biasanya terbentuk karena aktivitas industri, kebakaran, aktivitas lalu lintas, pelepasan panas dari penyinaran matahari, juga radiasi permukaan bumi.

"Fenomena ini sebenarnya tidak lazim karena umumnya tidak demikian. Karena dalam kondisi normal, suhu udara semakin tinggi, mestinya makin dingin, sehingga fenomena terbentuknya lapisan inversi hanya dapat terjadi pada waktu tertentu selama syarat terbentuknya terpenuhi," katanya.

Selain itu, lapisan inversi juga dapat terbentuk jika ada anomali tekanan di atmosfer atau ada udara panas yang bergerak dari tempat lain.

Baca Juga: Nyaris 10.000 Kasus, Kota Bogor Makin Merah Rekor Sehari 187 Kasus Positif Baru

Lapisan udara hangat membentuk semacam tudung (inversion cap), lalu menutupi kawasan. Tudung akan menjebak gas dan panas yang naik dari bumi.

Lapisan inversi sebenarnya bisa ditemui dalam pengalaman sehari-hari. Daryono memberikan contoh, saat berada di dekat kawasan industri, akan tercium bau tidak sedap dan berlangsung lama pada kondisi cuaca tertentu.

Semua terjadi karena lapisan inversi menahan gas atau polutan sehingga tidak bisa naik ke atmosfer.

Baca Juga: Cek Info Jadwal Satu Arah Jalur Puncak Bogor, Sabtu dan Minggu di Bulan Februari 2021

Tak hanya gas dan polutan, lapisan inversi juga mampu menjebak gelombang suara. Gelombang suara yang berasal dari satu tempat akan terdengar di tempat lain.

Lapisan ini berperan sebagai pemantul kurang sempurna bagi gelombang akustik, gelombang radio, juga gelombang cahaya.

Di sisi lain, lapisan inversi juga dapat membuat suara jadi lebih keras. Ibaratnya, suara klakson mobil akan terdengar lebih keras di dalam garasi daripada di jalan raya.

Baca Juga: Semarang Dikepung Banjir, Wakil Walikota Ita : Akibat Hujan Ekstrim

Suara petir pun terkena dampak keberadaan lapisan inversi. Suara petir akan menjalar semaunya ke segala arah karena terjebak di dalam bumi. Suara petir pun bisa lebih keras dan terdengar hingga jauh di kawasan lapisan.

"Inilah konsep dasar mengapa lapisan inversi dapat membuat suara petir terdengar hingga jauh, karena proses multi refleksi. Suara petir jika sudah jauh dan dalam kondisi atmosfer tertentu dapat berubah 'anatominya' sehingga tidak lagi seperti suara petir asli di sumbernya, tetapi dapat mirip dentuman," jelasDaryono.

Ilustrasi gambar cuaca berawan. Gambar
Ilustrasi gambar cuaca berawan. Gambar unsplash/wolfgang_hasselmann

Dia kemudian menjelaskan bahwa topografi akan berpengaruh pada perkembangan dan ketahanan lapisan inversi. Udara dingin dapat terakumulasi di cekungan lembah atau dataran rendah pantai dalam kondisi tertentu. Wilayah dengan morfologi seperti ini bakal lebih rentan terhadap inversi saat musim hujan.

Baca Juga: Bima Arya Posting Foto Ayu Ting Ting Kena Razia Ganjil Genap di Bogor, Netizen: Walikonten!

Menurut Daryono, salah satu wilayah yang rentan pembentukan lapisan inversi adalah daerah Malang. Malang memiliki topografi cekungan yang dikelilingi pegunungan.

Dampaknya, wilayah ini akan rentan dilingkupi inversi suhu pada kondisi cuaca dingin. Ia mengibaratkan ada "lorong raksasa."

"Cukup dengan kejadian petir yang terjadi di dekatnya atau dari tempat lain, maka dentuman akan menjalar di sepanjang lembah dan terpantul berulang-ulang mirip terbentuknya gema, seperti dilaporkan sebagian warga Malang beberapa hari lalu," katanya.***

Editor: Chris Dale


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah