Insiden penembakan yang juga menewaskan tiga tentara Israel itu memicu ketegangan kedua negara. Sehingga pihak berwenang Mesir melarang para aktivis dan anggota keluarga mengadakan pemakaman umum, karena dikhawatirkan almarhum diperlakukan sebagai martir.
Mohammed Salah diyakini terlibat dalam baku tembak antara tentara Israel dan Mesir saat menjaga perbatasan, pada Sebatu.
Sebagaiman dikutip dari The New Arab, Kamis, 8 Juni 2023, para aktivis pro-Palestina dan anggota kelompok oposisi yang berusaha mencapai lokasi melalui stasiun metro bawah tanah terdekat. Mereka diburu oleh pasukan keamanan dan dipaksa untuk mundur.
Beberapa koresponden yang bekerja untuk kantor berita Eropa di Kairo berhasil mencapai rumah tersebut dan berbicara dengan anggota keluarga.
"Tapi tak lama kemudian, para wartawan ditahan sebentar dan diinterogasi oleh petugas keamanan negara di kantor polisi setempat sebelum mereka diperingatkan dan diizinkan pergi dengan tangan kosong," ungkap seorang sumber keamanan tanpa menyebut nama.
Menurut saksi, kehadiran keamanan intensif di daerah itu tetap ada, dengan maksud untuk membatasi kemungkinan pertemuan publik untuk berkabung.
Baca Juga: Putin Sumringah Arab Saudi, Turki, dan Mesir Akan Gabung BRICS
Diketahui, jasad Mohammed Salah pada hari Senin telah dimakamkan di desa asalnya Al-Amar Al-Kubra di provinsi Al-Qalyubia Mesir di utara Kairo. Pemakaman hanya dihadiri oleh saudara laki-laki dan paman Salah, yang sebelumnya diinterogasi oleh otoritas Mesir.
Israel mengklaim berdasarkan laporan awal dari hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Mohammed Salah sebelum tewas sempat memotong pagar perbatasan dan menembus 1 km di dalam wilayah Israel, membawa amunisi dan pisau untuk "serangan terencana", menurut klaim Israel.
Ada juga media dan pemerintah Israel menyebut Mohammed Salah sebagai "penyerang," "teroris" atau "penembak", aktivis media sosial Mesir dan Arab serta beberapa jurnalis, bahkan mereka yang setia kepada rezim, menggambarkannya sebagai "pahlawan" dan "martir."