Sekadar diketahui, ketegangan di Ukraina timur meledak menjadi kebakaran besar minggu ini, dengan OSCE mencatat ratusan pelanggaran gencatan senjata Minsk, dan republik Donbass mengevakuasi ribuan warga sipil ke Rusia dan memanggil pasukan cadangan.
“Prioritas bagi Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya adalah memposisikan Rusia sebagai agresor utama dalam krisis ini sejak awal situasi ini,” percaya Alexander Clackson, pendiri Global Political Insight, sebuah think tank yang berbasis di Inggris.
Baca Juga: Krisis Ukraina, NATO: Rusia Diduga Rencanakan Serangan Skala Penuh
Situasi keamanan di republik Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dari Donbass yang memproklamirkan diri mulai memburuk dengan cepat pada hari Kamis.
Dilansir dari Sputnik News, milisi Donetsk dan Lugansk dan misi Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di wilayah tersebut melaporkan penembakan oleh artileri, mortir, serangan penembak jitu, dan percobaan pengeboman.
Eskalasi di Donbass terjadi setelah berbulan-bulan klaim oleh pejabat dan media Barat bahwa kekuatan "100.000 pasukan" personel militer Rusia sedang dipersiapkan untuk meluncurkan invasi tiba-tiba ke Ukraina.
Baca Juga: Jika Rusia Serang Ukraina, Vladimir Putin Akan Dapat Sanksi Terburuk Sepanjang Masa Ini dari Barat
"Ada kepentingan komersial Rusia untuk menyerang Ukraina, yang menurut saya, mengapa Amerika Serikat terus mendorong untuk memprovokasi Rusia untuk mengambil langkah seperti itu," kata pengamat.
Baca Juga: Jika Rusia Lakukan Serangan ke Ukraina, Wakil Presiden AS Pastikan Hal Buruk Ini Akan Terjadi
Clackson mencatat pada saat yang sama, invasi Rusia ke Ukraina sangat tidak mungkin, mengingat kerusakan ekonomi yang sangat besar dan kerusakan reputasinya yang dapat ditimbulkan oleh keputusan seperti itu.